Lihat ke Halaman Asli

Waktu, Jangan Pernah Bermain-main Dengannya!

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tulisan ini,tulisan pertama saya dalam blog kompasiana.Entah kenapa saya ingin berbagi sepenggal kisah hidup yang mungkin bisa jadi pelajaran bagi rekan-rekan sekalian.

Tentang waktu.

Menurut Muhammad Abdul Jawwad(183:2004) waktu adalah sumber daya paling berharga yang tak mungkin tergantikan serta tak mungkin disimpan tanpa digunakan.

Saya sangat sependapat dengan definisi waktu menurut beliau,karena saya sudah pernah merasakan akibat bermain dengan waktu.

Singkat cerita,bahwa saya tidak terlalu dekat dengan orang tua saya secara personal karena mereka bekerja,jadi saya lebih banyak menghabiskan waktu dirumah bersama pembantu rumah tangga, dan jarang sekali keluar rumah ( anak rumahan ).Waktu berlalu dengan cepat,dan akhirnya saya diterima disalah satu Perguruan Tinggi Negeri di Jawa Timur,yang seberuntungnya adalah pilihan saya saat itu walaupun saya tahu itu bertentangan dengan sakitnya tulang saya yang takkan sanggup dengan cuaca disana.Tapi,saya hanya ingin bebas,keluar dari rumah.Karena ketika dirumah,jarang diperolehkan keluar.

Entah kenapa,ketika jauh dari rumah bukannya kebebasan yang saya rasakan seperi keinginan saya memilih untuk menimba ilmu jauh dari rumah tempat saya tinggal,tapi kehampaan.Walaupun begitu banyak teman baru yang saya dapatkan,ilmu baru yang saya terima, tapi itu semua tak berarti.Yang saya inginkan saat itu hanyalah satu hal,pulang ke rumah saya.

Saat pulang pun tiba,dan saya tak mau kembali ke kota tempat dimana seharusnya saya menimba ilmu.Dan akhirnya,saya memutuskan untuk terminal ( cuti kuliah ) selama satu semester.Mungkin,saya yang terlalu lemah untuk ber-adabtasi dengan lingkungan baru,ataukah memang lingkungan itu tidak cocok untuk saya.

Selama saya cuti itu,saya hanya menghabiskan waktu dengan berdiam diri.Saya mnutup telinga saya atas apa yag dikatakan orang tua dan orang lain terhadap saya.Yang saya pikirkan hanyalah " aku hanya ingin dirumah"

Waktu memang berjalan sangat lamban,ketika kita tak merasa aman dan nyaman.Dan ya ! itulah yang saya rasakan.Sendirian,disindir orang,dan tak tahu harus menjawab apa ketika tetangga bertanya kenapa cuti kuliah.

Saat tiba waktunya saya kembali melanjutkan kuliah,ternyata kebijakan kampus mengizinkan saya aktif kembali ketika Tahun Ajaran Baru,agar akademik saya lebih gampang diatur.

Waktu berlalu dan akhirnya saya kembali kuliah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline