Gadis cilik itu menyanyi sambil memainkan kibor di arena Car Free Day (CFD) Jl. Slamet Riyadi Kawasan Lojigandrung, Solo, Minggu (29/10/2016). Hidungnya mancung. Sorot matanya tajam, mengguratkan kecerdasan di wajahnya yang oval. Suaranya merdu, mendayu mengikuti irama musik yang dibawakan bersama rekan-rekannya. Kerudung warna ikan salmon yang dikenakan sesekali berkibar-kibar tertiup angin. Sepasang kruk diletakkan di samping tempat duduknya. Beberapa nomor lagu dibawakan dengan baik. Saat panas matahari mulai menerpa, seseorang membantu memasangkan kacamata hitam pada wajahnya.
Gadis itu adalah Sara. Usianya 13 tahun. Dia adalah salah satu penyandang disabilitas yang tergabung di Grup Musik Perkusi YPAC. Kedua kaki Sara tidak sempurna. Bila berjalan ke mana-mana, Sara harus dibantu dua bilah kruk. Ada dua pemain kibor di pertunjukan itu, Selain Sara, ada Salwa. Salwa adalah anak laki-laki sebaya dengan Sara. Kalau Sara punya masalah dengan kaki, Salwa punya masalah dengan tangannya yang tumbuh tidak normal. Dia hanya punya beberapa jari yang menempel di pundaknya, tanpa batang lengan.
Oleh karena kondisi itu, Salwa memainkan kibor dengan kedua kakinya. Dia iringi sejumlah kawan dengan cara yang mungkin tidak lazim, namun keren sekali. Pengunjung Car Free Day yang datang silih berganti berdecak kagum menyaksikan kebolehan Salwa, Sara dkk.. Di kelompok ini selain Sara dan Salwa juga ada anak-anak lain termasuk penyandang autisme, down syndrome dan celebral palsy. Sebagian ikut mengabadikan dengan kamera dan video melalui gadget masing-masing.
Dan jangan salah... Salwa tidak hanya pintar memainkan kibor. Dengan kedua kakinya pula, dia piawai membatik. Dia memegang canting untuk mengambil malam panas yang telah dicairkan, lalu jari-jari kakinya menari-mari di kain yang dilukisnya. Bila mau melihat hasil karya Salwa, Anda bisa datang ke YPAC Solo di Jl. Slamet Riyadi.
Berbagai jenis kekurangan memang tak menghalangi para penyandang disabilitas itu untuk maju, berprestasi, dan mencoba untuk lebih mandiri. Itu setelah para orang tua membawa anak-anak ini ke YPAC. Di sini mereka saling membantu dan berjuang untuk maju, mengurangi ketergantungan pada orang-orang di sekitarnya.
Sara telah meluluskan pendidikan sekolah dasar di YPAC. Berkat kemajuan yang dicapainya, kini dia melanjutkan pendidikan di sekolah menengan umum. Sara tercatat sebagai siswi Kelas I di SMP Negeri 12 Solo, di kawasan Manahan. Sekolah ini memang sekolah inklusi yang menerima siswa penyandang disabilitas. Meski bergabung di sekolah umum, Sara mengaku bisa mengikuti berbagai pelajaran dan kegiatan dengan baik.
Di YPAC, para pengasuh fokus pada potensi yang dimiliki anak-anak didik, bukan kekurangan. Bagaimana anak-anak itu dilecut potensinya, agar orang lain memandang dia berdasarkan hal tersebut, bukan yang lain. Maka bukan waktunya lagi menyembunyikan anak-anak penyandang disabilitas di rumah, atau bahkan melarangnya terlihat di depan publik. Mari perlakukan mereka secara benar. Ajak mereka mengikuti pendidikan yang akan membuatnya maju dan terlihat prestasinya.
Michael Jordan dilihat karena pandai bermain basket. Tidak masalah kalau dia tidak bisa memasak atau menjahit. Stevie Wonder diakui dunia sebagai penyanyi yang luar biasa walau dia tunanetra. Anak-anak penyandang disabilitas juga bisa berprestasi. Jangan fokus pada kekurangannya, tapi lihat kelebihannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H