Lihat ke Halaman Asli

NikenDe

Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Ogoh-Ogoh di Kampung Bhineka

Diperbarui: 11 Maret 2024   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peserta Kirab

Penantian sejak sore hari akhirnya terbayarkan. Prosesi yang ditunggu selama 1 tahun datang juga. Kirab ogoh-ogoh menyambut datangnya hari raya Nyepi.

Kegiatan tahunan ini sangat ditunggu oleh masyarakat Desa Grajagan. Desa yang sarat dengan tingkat toleransi yang tinggi. Seyiao kegiatan keagamaan apapun itu selalu melibatkan umat dari semua agama yang ada di desa ini. 

Ketika kirab ogoh-ogoh mulai berjalan pata petugaa kemanan dari pemuda berbagai agama sudah siap di jalan-jalan untuk mengatur lalu lintas bahkan mengamankan jalur yang akan dilalui oleh umat hindu yang sedang berkegiatan.

Padatnya pwnonton

Tidak hanya itu, persiapan ogoh-ogoh pun dibantu oleh mereka. Rasa saling inilah yang menghadirkan kerukunan di desa yang terletak di ujung selatan Kabupaten Banyuwangi ini.

Setiap ada kegiatan keagamann apapun selalu terjadi proses kerjasama yang baik dari umat Islam, Hindu, Budha, Kristen dan Katholik. Mereka guyub rukun bahu membahu mensukseskan dan mengamankan acara tersebut.

Ogoh-Ogoh berasal dari kata ogah-ogah yang  merupakan Bahasa Bali dengan makna sesuatu yang digoyang-goyangkan. Ogoh-ogoh sendiri direpresentasikan sebagai Bhuta Kala atau raksasa. Dalam bentuk patung, Ogoh-ogoh umumnya digambarkan sebagai sosok besar yang menyeramkan. (Dari berbagai sumber)

Malam ini di Desa Grajagan yang memiliki 2 Pura (tempat ibadah orang Hindu) sudah riuh sejak senja. Bunyi gamelan khas unat Hindu sudah terdengar bersahutan. Di Lapangan Desa sudah dipenuhi dengan umat Hindu yang membawa beberapa buah ogoh-ogoh, satu liong liong dari umat Budha dan para penonton yang turut memadati jalan seputar lapangan desa.

Akhirnya boneka besar berbentuk kala itu diarak keliling jalan besar desa. Tak lupa Bapak kepala desa memberikan sambutan sebagai apreasiasi dan dukungan kepada umat Hindu yang akan menyambut Hari Raya Nyepi. Atraksi demi atraksi dilakukan di pusat desa yaitu jalan pertigaan pasar desa. Letusan kembang api, goyangan ogoh-ogoh yang diiringi musik bali menghadirkan suasana damai dan tentram.

Setelahnya ogoh-ogoh pun dibawa ke dua Pura untuk kemudian dibakar yang menandai dibakarnya atau dihanguskannya dan dihilangkannya sifat-sifat buruk dan angkara murka. Inilah hakikat dari nyepi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline