Lihat ke Halaman Asli

NikenDe

Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Anakku dan Dirinya Sendiri

Diperbarui: 29 November 2023   02:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keisengan ketika capek belajar/dokpri

Perintah untuk belajar dan hasil pelaksanaannya/dokpri

Dia masih kelas 5 Sd. Bersekolah satu atap dengan ibunya memang tidak selalu mudah. Bagi dia dan juga ibunya. Anak menjadi tifak bisa mandiri bahkan seringkali menjadi bukan dirinya sendiri. Di pihak ibu juga sering muncul rasa BAPER (di BAWA PERASAAN).  Jika anaknya mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan, jadilah perasaan muncul. Padahal tidak akan menjadi masalah kalau itu bukan anaknya. Artinya akan biasa-biasa saja.

Ketika si anak kebetulan terpilih menjadi sesuatu yang tidak semua bisa dapat. Pandangan orang pastilah negatif. "Ah, biasalah anaknya guru." Meskipun sebenarnya si anak memang punya prestasi di situ. Sulitnya bersikap netral, membuat pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak menjadi terhambat. Betulkah demikian?

Sebagai guru yang sekaligus orang tua dan kebetulan satu atap dengan sekolah anakku, menghadirkan berbagai kesulitan dalam bersikap. salah satunya bersikap OBYEKTIF. Sisi ini sering menimbulkan rasa BAPER. Menjadi netral memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berusaha untuk netral sih terus dilakukan walaupun sesekali masih tiba-tiba menghilang.

Berbekal ingin membuat anak memiliki prestasi di luar kebanyakan, sengaja aku mengikutkan dia di beberapa les. Bukan mata pelajaran sih, namun les yang mengasah dia terampil. Vokal, Menggambar, bahasa Inggris dan keyboard. Kata orang, salah satu  investasi  berharga dalam hidup adalah pendidikan. Dan itu coba kujalankan.  

Karena kesibukan guru les keyboar, hanya 2 bulan dia mengalaminya. Setelahnya hanya sering pencet-pencet tuts orgen yang kami punya. Ku akui sense of musiknya lumayan dapat. Dia mampu mencari not dari lagu yang dinyanyikannya. Dia pencet-pencet lalu dia tulis dan telingaku mengiyakan hasilnya. Kalau sudah begitu, girangnya minta ampun. 

"Ye..., aku bisa, Bu." begitu teriaknya.

Jadilah seperti itu sampai hari ini. 

Memasukkannya ke les privat vokal berawal ketika dalam acara 17 an di perumahan, dia berani tampil di atas penggung menyanyi lagu "Hari Merdeka". Suaranya jernih dan masih asli, tanpa vibra dan style. Keberaniannya, kepercayaan diri yang tinggi membawanya mendapat surprise penghargaan dari sebuah kafe baru yang berdiri di depan komplek perumahan kami. Spesial dong buat dia dan aku sebagai ibunya. Ditambah lagi dalam acara ramah tamah yang dihadiri warga sekitar dia harus menyanyi lagi. Kali ini 2 lagu yaitu Hari Merdeka dan Indonesia Pusaka. Melihat potensi ini, akupun menawarinya ikut les vokal. Kini suaranya mulai terolah. Guru les vokalnya mengajari banyak hal dan mengajaknya tampil dalam beberapa acara di tingkat kota.

Kusyukuri juga karena beberapa kali tugas gereja, dia sudah turut memberikan suaranya. Ini anugrah dan bonus dari Tuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline