Lihat ke Halaman Asli

NikenDe

Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Covid dan Kebingunganku

Diperbarui: 27 Juli 2020   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Informasi perkembangan covid-19 di kotaku per 24 Juli 2020

Seminggu ini kotaku menjadi salah satu daerah dengan tingkat penambahan pasien positif covid 19 tertinggi di Jawa Timur. Bahkan dari 3 wilayah yang mendapat predikat zona merah, salah satunya adalah kota tercintaku Pasuruan. 

Takut dan merasa was-was tentunya. Penyakit ini sungguh tidak bisa diprediksi adanya. Itu adalah kesimpulan yang kudapatkan dari beberapa kasus yang melibatkan orang-orang terdekat dan di sekitarku. 

Bagaimana kami sebagai warga masyarakat bersikap biar aman dan terhindar? jawabannya mengharuskan kami menggelengkan kepala. karena memang itu yang terjadi.

Ada beberapa contoh kasus yang bisa menjelaskan pendapat pribadi saya itu. Kasus pertama adalah status positif yang mendadak disematkan kepada Paklik saya (Om) yang tinggal di Kota Penari. Keluarga besar sudah heboh dengan rasa kwatir dan takut ketika akhir Juni lalu ada kabar bahwa di kantor adik dan om saya ada kasus positif. 

Pimpinan mereka yang memang mondar mandir Surabaya kota Penari tiap hari sudah terdeteksi positif.  Apa yang terjadi berikutnya? Muncullah berita di berbagai media bahwa kantor  mereka menjadi cluster baru penyebaran covid 19. Ini menjadi trending topik di daerah yang berjuluk Kota Seribu Gandrung itu.

Bisa bayangkan bagaimana paniknya kami. Dalam WAG  keluarga besar terkirim ucapan semangat dan doa. Seluruh karyawan kantor tersebut menjalani swap masal. 

Seminggu kemudian hasilnya keluar. Selama itu mereka wajib isolasi mandiri di rumah. Yang membuat kami semakin cemas adalah kondisi Om yang saat dilakukan swap adalah kadar gula nya sedang tinggi. 

Beliau memang menderita diabet beberapa tahun ini. Artinya beliau masuk kategori ODR (Orang dalam Resiko). Kabar baik muncul ketika hasil swap adikku keluar. Kami bersyukur karena adikku negatif meskipun harus melanjutkan karantina mandiri selama 14 hari. Dia melakukan WFH.

Kekuatiran masih berlanjut, ternyata SWAP Om kami keluar dan positif. Perintah untuk di rawat di rumah sakit pun turun. Dinas Kesehatan setempat menawarkan penjemputan, namun ditolak oleh keluarga. 

Saat itu meskipun Omku dalam kondisi sehat atau tanpa gejala.  Sambil mengantar sang ayah menjalani perawatan di sebuat rumah sakit swasta, mereka sekeluarga melakukan swap di rumah sakit yang sama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline