Lihat ke Halaman Asli

NikenDe

Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lord Didi (The Father of Broken Heart) Idola Pemuda Milenial

Diperbarui: 4 Desember 2019   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lord Didi, Bapak Patah Hati Nasional | kompas.com

Menghancurkan maintream bermusik

Sebutan yang disematkan kepada penyanyi asal Surakarta ini memang sesuai. bagaimana tidak sesuai, hampir semua lagunya adalah tentang patah hati, sakit hati dan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu. Bapak Loro Ati Nasional, hmm. Syair-syair lagunya mengena sehingga tidak heran jika penggemar adik dari alm. Mamiek srimulat ini sebagian besar adalah kaum muda.

"Wes, sakmesthine ati iki nelongso, .... " Begitu bunyi salah satu penggalan lagu Cidro (ingkar). Jika anda menyaksikan konsernya baik secara langsung atau dari youtube, benar-benar heboh penontonnya. Melihat para Sobat Ambyar (sebutan untuk para penggemarnya) ikut melantunkan setiap syair lagunya dengan ekspresi yang dramatis. Suara mereka terkadang melebihi penyanyinya. Seringkali Mas Didi Kempot mengarahkan mikrophone ke arah penonton.

Didi Kempot memang sebuah fenomena jaman millenial. Konsernya hampir tak berhenti di setiap kota selalu penuh sesak dengan penonton. Teriakan Sang Maestro agar penonton menyalakan HP dan menggerakkannya menjadikan konser musik jawa modern ini tak beda dengan konser musik korea. Seru dan Heboh.

Menjadi menyukainya. Menjadi penggemarnya. Itulah kemendadakan yang menghinggapiku. Awalnya, kami serumah kaget ketika mendapat kiriman video dari anak pertamaku yang sedang menuntut ilmu di sebuah sekolah pariwisata di Bantul DIY. Terlihat dia menghadiri sebuah acara bertajuk kuliah umum. Ternyata kampusnya menghadirkan putra seniman Ranto Edi Gudel.

Suasana penonton Didi Kempot | tabloidbintang.com

Video itu menunjukkan suasana HEBOH mahasiswa baru (termasuk anakku) melantunkan setiap syair lagu "Bojo Anyar". Ya ampun, pemuda jaman millenial itu berjoget dengan riang gembira diiringi suara kendang ritmis lagu Jawa.

"Cendol dawet... cendol dawet ... cendol cendol cendol ..., dawet dawet dawet ... limang atusan ..." Bergidik aku melihatnya. Bukan karena melihat mereka semua berjoget bersama teman-temannya. Namun dalam hati aku merinding menyadari betapa lagu Jawa menjadi sedemikian familiar di bibir anak muda itu.

Budayaku kembali merebut hati kaum muda. Kutanyakan kepada anakku yang selama ini menjadi penggemar salah satu Boyband asal Korea.

"Berpindah haluan, ya?" tanyaku menahan kegembiraan.

"Gak sih, tapi bosen Bu. Ini seru."

Setelahnya, aku sendiri pengen tahu syair-syair MISTIS Mas Didi yang mampu menghipnotis para muda digital. Wow, memang luar biasa. Konser-konsernya dipenuhi anak muda. Penggemar Mas Didi ini benar-benar lintas generasi. Orangnya santai ketika di atas panggung, tanpa goyangan menggelora seperti aktris-aktris baru saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline