Lihat ke Halaman Asli

NikenDe

Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Membaca Senyap, Merangsang Anak Melek Litarasi

Diperbarui: 19 Oktober 2019   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku cerita menjadi media bagi anak-anak agar suka membaca. (dok. pribadi)

Menjadi seorang guru SD di jaman milenial memang gampang-gampang susah. Guru SD saat ini dituntut bisa segala. 

Semua mata pelajaran yang ada di SD harus dikuasai, mulai bahasa indonesia, PPKn, IPA, IPS , SBdP (Seni Budaya dan Prakarya) dan matematika. Itulah alasan mengapa guru SD harus berpendidikan PGSD. 

Pemerintah pun melalui dinas pendidikan setempat menyediakan pendidikan linierisasi bagi guru-guru yang belum memiliki ijasah PGSD (Pendidikan Guru SD). 

Guru adalah sosok yang dianggap serba bisa. Bisa menyelesaikan setiap masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran ataupun masalah sikap dan kepribadian anak di kelas. Tugas berat yang harus disyukuri karena menjadi guru SD adalah profesi yang mulia. Ya, mulia, jika kita mampu menajlankan kewajiban kita dengan baik.

Sebagai seorang sarjana bahasa indonesia dari Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember (sekarang Fakultas Ilmu Budaya), memang memiliki sedikit kelebihan di bidang bahasa indonesia. 

Hal itu karena selama 4 tahun bergelut dengan ilmu kebahasaan, baik sastra ataupun linguistik. Modal ini membuatku sering GEMES dan geleng kepala melihat kemampuan dan ketrampilan berbahasa anak-anak jaman sekarang.

Berbagai metode harus dilakukan untuk membuat mereka mampu berbahasa dengan baik. Diawali dengan mengenalkan anak pada kata dan kalimat. 

Mengajarkan cara membuat kalimat yang baik dan benar tidak mudah. Padahal menyusun kata menjadi kalimat merupakan pelajaran dasar bahasa indonesia. Sejak kelas 1 anak sudah dilatih membuat kalimat sederhana. Misalnya:

1. Aku memakai topi.
2. Adik tidur di kamar.
3. Ibu membeli baju.

Nah, ternyata dasar ini menjadi temaram lantas gelap, artinya pada jenjang berikutnya sebagian dari mereka harus diberi pemahaman lagi.

Ada lagi beberapa anak yang terbiasa menulis kata dengan salah. Misalnya:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline