Lihat ke Halaman Asli

Di Mina, Terjadi “Perseteruan di Depan Toilet”

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percaya atau tidak, peristiwa ini benar-benar terjadi. Saat itu, tahun 2009, rombongan haji kami sedang melakukan mabit di Mina. Maktab kami berbatasan dengan maktab jemaah haji Malaysia. Jadi, tenda kami hanya dipisahkan oleh pintu yang menghubungkan maktab kami dengan maktab jemaah Malaysia. Setiap maktab memiliki fasilitas toilet, yang terbagi atas toilet wanita dan pria.

Toilet adalah fasilitas yang sangat sering dikunjungi oleh para jemaah haji. Tidak ada kata sepi untuk toilet selama jemaah haji masih ada. Antrian di toilet sangat panjang, dapat mencapai 7—10 orang. Oleh karena itu, biasanya, kami bergerilya mencari toilet yang sepi, dan kami menemukan toilet itu. Toilet itu terdapat di maktab Malaysia.

Toilet yang terdapat di maktab Malaysia itu lebih dekat jaraknya daripada toilet  yang terdapat di maktab Indonesia. Selain itu, antriannya lebih sedikit. Mungkin saat itu banyak jemaah haji Malaysia belum sampai di Mina. Oleh karena itu, banyak jemaah haji Indonesia yang membuang hajatnya di toilet yang terdapat di maktab Malaysia.

Jika dibandingkan dengan toilet yang terletak di maktab jemaah haji Indonesia, toilet yang terdapat di maktab Malaysia ini lebih bagus, lebih bersih, lebih banyak, dan lebih kuat. Toilet itu dibangun oleh Tabungan Haji Malaysia. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian orang Malaysia juga memiliki kesadaran atas kebersihan yang lebih tinggi daripada sebagian jemaah haji Indonesia. Para jemaah haji Malaysia masih dapat menahan diri untuk tidak membuang air kecil di tempat wudhu. Dengan demikian, kebersihan toilet itu tetap terjaga.

Keadaan seperti itu membuat sebagian besar rombongan haji kami yang tendanya kebetulan berbatasan dengan tenda Malaysia lebih memilih untuk pergi ke toilet itu. Awalnya, tidak ada masalah apa-apa. Pintu perbatasan selalu terbuka untuk mencapai toilet itu. Namun, pada kunjungan berikutnya, mulai terjadi gesekan-gesekan. Ibu-ibu dalam rombongan kami mulai mengeluh atas intimidasi yang dilakukan oleh para ibu-ibu jemaah haji dari Malaysia. Mereka bertanya kepada saya apakah toilet itu memang khusus dibangun untuk jemaah haji Malaysia. Tentu saja, saya mengatakan bahwa toilet itu dibangun untuk semua jemaah haji. Kebetulan saja letaknya ada di maktab Malaysia. Para ibu jemaah haji rombongan kami lalu berkata bahwa mereka dilarang untuk pergi ke toilet di maktab Malaysia. Perlu diketahui bahwa sebagian besar jemaah haji di rombongan saya adalah ibu-ibu yang sudah pensiun atau merupakan istri pensiunan guru atau kepala sekolah. Sebagian lagi adalah para pengusaha kecil, seperti pengusaha bandeng presto, pengusaha tempe, dan pemilik warung. Sebagian dari mereka tidak banyak tahu mengenai perseteruan antara Indonesia dan Malaysia.

Gesekan itu bertambah saat kami berkeras untuk tetap membuang hajat di toilet yang terdapat di maktab Malaysia. Saat antrian, ibu-ibu jemaah haji Malaysia bahkan bertanya kami berasal dari mana. Jika bukan dari Malaysia, sebaiknya kami pergi ke toilet yang terdapat di maktab kami. Biasanya, para ibu jemaah haji kami akan langsung meninggalkan toilet itu. Akan tetapi, saya dan beberapa teman  tidak terlalu mempedulikan itu. Kami tetap antre di toilet itu. Ini menimbulkan kekesalan pada mereka sehingga ada yang mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk kami. Tentu saja, kami tidak menanggapi kata-kata mereka. Kami hanya berkata bahwa saat ini kami sedang berhaji dan sebaiknya kata-kata yang dikeluarkan adalah kata-kata yang baik.

Setelah mengalami kejadian tersebut, akhirnya kami bertanya kepada pemimpin rombongan haji kami yang diteruskan kepada kepala maktab mengenai pemakaian toilet itu. Ternyata, toilet itu memang dapat digunakan bersama. Oleh karena jemaah haji Indonesia sangat banyak, dizinkan untuk memakai toilet terdekat. Atas izin itu, kami pun dengan suka ria antre di depan toilet itu. Para jemaah haji Malaysia juga mungkin sudah mendapat penjelasan itu karena sikap mereka lebih ramah terhadap kami, saudara tua mereka dari Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline