Legenda Jembatan Sewo Saedah dan Saeni di Indramayu
Mungkin terdengar asing di telinga kalian tentang legenda Saedah dan Saeni ini.
Namun, legenda ini berkaitan dengan Jembatan Sewo dan para penyapu koin di jembatan itu. Jembatan sewo sendiri mungkin sudah ada beberapa yang tahu. Jembatan ini dilintasi untuk tujuan ke Cirebon, Subang-Indramayu.
Saedah dan Saeni adalah dua orang kakak adik yang hidup dalam garis kemiskinan. Mereka hidup bersama ayah dan ibu tirinya. Suatu ketika, sang ibu pergi ke pasar dan memberi amanah kepada mereka berdua agar tidak memakai beras dan uang yang ada di rumah. Namun, karena Saedah dan Saeni kelaparan, mereka memasak beras tersebut. Sampai akhirnya ibu tirinya tahu dan memarahi mereka. Saedah dan Saeni tidak terima dimarahi, hingga akhirnya mereka berdua memutuskan pergi dari rumah.
Akan tetapi, niat mereka berdua untuk pergi dari rumah terhalangi karena sang ibu berpura-pura minta maaf dan berniat mengajaknya pergi jalan-jalan. Padahal, sang Ibu ingin membuang Saedah dan Saeni. Saat mereka jalan-jalan, malam pun tiba. Mereka bertiga masuk ke dalam hutan. Dan sang Ibu beralasan ingin mencari kayu, kemudian sang Ibu meninggalkannya di hutan. Ada juga yang mengatakan, mereka meninggal dan salah satunya berubah menjadi buaya karena telah melakukan perjanjian ritual dengan buaya putih.
Kisah Saedah dan Saeni lah yang melatar belakangi adanya penyapu koin di Jembatan Sewo. Ada yang menyebut juga, bahwa ritual tebar koin ini untuk memberi saweran pada Saedah dan Saeni karena dulunya mereka berdua selalu mementaskan seni Ronggeng. Sekarang, kisah ini masih terus teringat di telinga masyarakat di sekitar sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H