Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Uang Adalah Segalanya?

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang sebenarnya ingin seseorang peroleh melalui proses pendidikan? Pertanyaan ini tentu saja akan mendapat jawaban yang beragam, relatif dari siapa yang menjawabnya. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa seseorang ingin memperoleh kehidupan yang layak melalui pendidikan. Esensi pendidikan itu sendiri adalah untuk membentuk individu yang mampu menjalankan perannya dengan baik dalam masyarakat sehingga dapat diterima oleh lingkungan masyarakatnya atau dengan kata lain pendidikan bertujuan untuk membentuk anggota masyarakat yang baik. Hal ini dilalukan melalui internalisasi nilai, norma, etika, ilmu pengetahuan, serta berbagai kemampuan lain.

Dalam tataran ini, proses pendidikan yang dilalui seseorang tidak hanya terbatas pada pendidikan formal di sekolah atau lembaga pendidikan namun juga pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Secara mikro (sempit), pendidikan berfungsi untuk membantu secara sadar perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Sedangkan secara makro (luas), pendidikan berfungsi sebagai pengembangan pribadi, pengembangan warga Negara, pengembangan kebudayaan dan pengembangan bangsa. Sehingga apabila seseorang mampu menyerap setiap pengetahuan yang ia dapat melalui pendidikan, maka ia akan mampu berkembang dengan baik dan menjalani setiap tahap dalam kehidupannya dengan baik pula.

Berdasarkan esensi pendidikan tersebut, paradigma yang berkembang dalam masyarakat adalah ketika seseorang telah berhasil menempuh tingkat pendidikan yang tinggi maka secara otomatis dia akan akan mampu memainkan peran yang baik dalam lingkungan kehidupannya, baik di lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja. Inilah yang kemudian menjadikan pendidikan sebagai salah satu jalan yang bisa meningkatkan tingkatan seseorang dalam stratifikasi sosial yang berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu, banyak orang yang mulai memanfaatkan pendidikan untuk membuat kehidupan mereka lebih baik, hal ini tentu saja sesuatu yang positif dan tidak salah jalan.

Masalah yang kemudian muncul adalah banyak orang yang menempuh jalan pintas untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan mereka melalui pendidikan. Kenapa disebut sebagai jalan pintas? Pendidikan adalah sebuah proses, yang lama dan tentu saja memerlukan berbagai pengorbanan baik materi maupun nonmateri. Oleh sebab itulah pendidikan yang baik akan mampu membentuk individu yang baik pula. Lalu apa yang terjadi apabila seseorang berpikir secara instan untuk mendapatkan status pendidikan tinggi, tidak merasa perlu untuk melewati berbagai tahap dan melakukan berbagai pengorbanan, inilah yang disebut dengan jalan pintas. Fenomena yang kemudian muncul adalah adanya ijazah palsu.

Masyarakat telah dibutakan oleh paradigma pendidikan yang telah mereka pegang teguh sejak dulu, dimana  ijazah dipandang sebagai satu-satunya indikator yang menentukan tingkat intelektualitas seseorang. Dikaitkan dengan realitas yang muncul dalam masyarakat, dimana ternyata banyak pejabat pemerintahan yang menggunakan ijazah palsu, apabila selama ini kita berpikir bahwa orang-orang yang mampu duduk dalam pemerintahan adalah orang yang memiliki kecerdasan lebih dibanding orang lain karena mereka tentu saja telah melalui proses pendidikan dengan baik. Sayangnya banyak dari mereka yang kurang memiliki kesadaran moral. Kita kemudian mulai berpikir, apabila ternyata ijazah mereka terbukti palsu lalu apakah sebenarnya mereka tidak memiliki dua kelebihan diatas, baik intelektualitas maupun moralitas. Pantas lah jika masih banyak terjadi kasus pelanggaraan baik di tingkat pusat maupun daerah

Memang kita tidak bisa sepenuhnya meletakkan kesalahan pada orang yang membeli ijazah tersebut, yang lebih memprihatinkan adalah lembaga pendidikan yang mampu menerbitkan ijazah tersebut. Di satu sisi, para pemilik ijazah palsu ini tentu saja tidak pernah mampu memahani pendidikan sebagai suatu proses yang panjang, satu-satunya hal yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana caranya memanfaatkan uang yang mereka miliki untuk mempermudah hidup mereka. Mereka merasa bahwa uang mampu membeli segalanya, termasuk status pendidikan tinggi.

Sedangkan di sisi lain, mereka di dukung oleh lembaga pendidikan yang mampu menerbitkan ijazah palsu tadi. Mereka yang seharusnya menjadi penyelenggara proses pendidikan dan memegang andil besar dalam membentuk individu yang baik, malah menjadi pengkhianat dengan mengedepankan kepentingan mereka sendiri. Uang adalah segalanya, mungkin paradigma inilah yang kemudian semakin menguat dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline