Ada sebuah paradoks yang sering dirasakan oleh banyak orang, terutama para pelancong dan perantau: keinginan besar untuk menjelajahi dunia dan dorongan mendalam untuk pulang ke rumah. Wanderlust, dorongan yang kuat untuk bepergian, seakan berbenturan dengan homesickness, rasa rindu pada rumah yang bisa sangat menyakitkan. Mengapa kita bisa merasakan keduanya secara bersamaan, dan bagaimana kita dapat menyeimbangkan emosi tersebut?
Wanderlust berasal dari bahasa Jerman, wandern berarti "berjalan" dan lust berarti "keinginan." Menurut studi oleh Booking.com, 70% orang dewasa muda (berusia 18-34) mengaku memiliki keinginan yang kuat untuk bepergian dan mengalami petualangan baruingin melihat dunia, mencoba makanan baru, dan bertemu orang-orang dari berbagai latar belakang.
Homesickness adalah fenomena psikologis yang nyata, yang seringkali diabaikan. Studi dari American Journal of Psychiatry menunjukkan bahwa 50-75% mahasiswa baru di universitas melaporkan perasaan homesick yang intens selama beberapa bulan pertama kuliah . Perasa yang melibatkan rasa kehilangan dan kerinduan pada sesuatu yang akrab, seperti keluarga, teman, dan lingkungan tempat kita tumbuh.
Mengapa Kita Bisa Merasakan Keduanya?
Perasaan ini tidak selalu berlawanan, meskipun tampak bertolak belakang. Wanderlust dan homesickness adalah hasil dari kebutuhan manusia yang mendalam kebutuhan untuk petualangan dan penemuan, serta kebutuhan akan kenyamanan dan keakraban. Psikolog menyebut ini sebagai dilema antara “eksplorasi” dan “stabilitas.”
Dr. Tammy English, seorang psikolog dari Washington University, menjelaskan bahwa manusia memang diprogram untuk merasakan kedua emosi tersebut. Saat kita bepergian, otak kita dirangsang oleh hal-hal baru, yang memicu rasa puas dan gembira. Namun, secara bersamaan, ada bagian dari diri kita yang mencari rasa aman, yang hanya bisa ditemukan dalam suasana rumah .
Dimana Wanderlust dan Homesickness Bertemu?
Kita sering mengalami benturan emosi ini dalam momen-momen tak terduga. Misalnya, ketika kita sedang berdiri di puncak pegunungan dengan pemandangan yang luar biasa, tetapi mendadak teringat dengan suasana makan malam bersama keluarga di rumah. Atau saat mencicipi hidangan lokal yang lezat, namun tetap merindukan masakan buatan ibu.
Media sosial juga memainkan peran besar dalam memicu kedua perasaan ini. Menurut survei yang dilakukan oleh Ofcom, lebih dari 40% orang yang tinggal di luar negeri merasa *homesick* setelah melihat foto-foto rumah atau kenangan lama di platform media sosial . Namun, media sosial jugaperkuat *wanderlust*, karena kita terus-menerus dihadapkan pada gambar-gambar destinasi menakjubkan yang belum kita kunjungi.
Cara Menyeimbangkan Keduanya
- Temukan Kebahagiaan dalam Perjalanan
Menikmati momen-momen kecil bisa membantu mengatasi *homesickness*. Cobalah untuk terhubung dengan budaya lokal, seperti mencicipi makanan khas atau belajar beberapa kata dari bahasa setempat
- Bawa Rumah ke Mana Pun
Tips ini sangat membantu. Bawa benda-benda yang membuatmu merasa dekat dengan rumah, seperti bantal favorit, foto keluarga, atau bahkan playlist lagu-lagu yang biasa didengarkan di rumah.
- Tetap Terhubung dengan Orang-Orang Tersayang
Penelitian dari Journal of Social and Personal Relationships menemukan bahwa menelepon keluarga atau melakukan panggilan video secara rutin dapat mengurangi rasa homesick hingga 20% .