Lihat ke Halaman Asli

Mandalika, Tanah Surga dari Timur

Diperbarui: 17 Februari 2017   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Di bawah naungan sinar keemasan Dewi Malam, kendaraan kami melaju kencang menuju ke salah satu penginapan di Mataram. Meski pendaratan kami di bandara Praya kurang begitu sempurna lantaran hujan deras yang tengah mengguyur kota mutiara ini, tapi di tengah perjalanan hati kami terobati oleh munculnya keindahan cahaya Purnama Sidi dari balik gumpalan awan.

Ratusan purnama telah berganti selama aku bekerja sebagai pelayan rakyat. Ini bukan perjalananku yang pertama ke Pulau Lombok. Mungkin yang keempat atau kelima kalinya. Entahlah. Jelasnya, ini adalah perjalanan kali pertamaku ke pantai Kuta Mandalika setelah senyum indah mutiara hatiku menyapa dunia.

Kami rombongan dari Jakarta ditugaskan mendampingi kunjungan kerja Menteri Perekonomian untuk percepatan pembagunan kawasan Indonesia Timur. Selaku Ketua Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), beliau mendapat amanat memadukan dan memeratakan pertumbuhan ekonomi di seluruh Indonesia.

Ya setelah krisis 1998, Pemerintah butuh waktu panjang untuk memulihkan perekonomian dari badai krisis. Bahkan sektor industri sampai sekarangpun belum kembali seperti sebelum krisis. Sambil menunggu sektor industri pulih, Pemerintah melakukan beberapa terobosan untuk mengejar ketimpangan pertumbuhan ekonomi ini, salah satunya pariwisata. Karena pariwisata menyebar ke seluruh daerah.

“KEK atau lebih mudahnya dipahami sebagai kawasan industri, ada yang fokus industrinya bergerak di pengolahan kelapa sawit, yaitu yang terpusat di Sumatera Utara. Ada beberapa yang fokus ke pariwisata,  Mandalika adalah salah satunya. Pariwisata memerlukan branding tersendiri, memerlukan trademark-nya sendiri”, begitu Mantan Gubernur BI ini menegaskan.

"Tentunya hal ini perlu dikombinasikan dengan pengembangan industri mutiara. Akan lebih bagus kalau dikembangkan menjadi sentra mutiara untuk ekspor. Saya ingin Lombok menjadi hub pengembangan mutiara. Aksesibilitas infrastruktur untuk konsumen wisata harus mulai disiapkan dan ditata, mulai dari: keamanan dan kenyamanan, kesehatan dan kebersihan, baru ke kesenian.” Tuturnya penuh optimis.

“Karena menyandang eco tourism maka standardnya harus beda.  Bahkan di Lombok ada green tourism sehingga Lombok kemudian punya trademark-nya tersendiri. Tugas Pemerintah Daerah adalah mulai mendorong, mulai menyiapkan administratornya, mulai mendistribusikan kewenangan perizinannya, dan juga mulai mensosialisasikan ke masyarakat agar hidup bersih.”

Terpukau aku mendengar ide-ide brilliant-nya. Bilangan 68 tahun tidak sedikitpun menggerogoti tekadnya membangun Indonesia. Stamina yang begitu prima, semangat yang terus menyala layaknya cerutu yang terus mengepul diantara jemari tangannya. Bagaimana tidak, jalan cepat pada saat peringatan Ulang Tahun Menko ke-50 tahun lalu, beliau beserta jajaran staf mengelilingi Lapangan Banteng, Medan Merdeka Utara, kemudian kembali lagi ke kantor di kawasan Lapangan Banteng Timur, tak sedikitpun terdengar suara terengah-engah kehabisan nafas. 

Saat ini, selain KEK, Pemerintah mempunyai beberapa kebijakan untuk mempercepat pemerataan pembanguan. Pemerintah akan menjalankan satu kebijakan mengenai Reforma Agraria melalui pengembangan kluster-kluster usaha di bidang pangan, seperti: kelapa sawit, jagung, dan tebu. Di Indonesia bagian Barat telah dikembangkan industri kelapa sawit. Sedangkan di kawasan Indonesia bagian Timur ini akan dikembangkan tanaman pangan dan perkebunan seperti: jagung dan tebu.

“Memang Kelapa Sawit selain dapat diolah menjadi minyak goreng dan mentega, juga dapat sebagai sumber bioenergi. 20% biosolar kita berasal dari minyak sawit. Pengembangan tanaman jagung dan tebu selain untuk sumber pangan dan pakan, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri bioetanol. Sehingga dalam menengah panjang kita tidak perlu tergatung pada energi yang tak terbarukan. Energi terbarukan bukan hanya biosolar tapi juga bioetanol.” Harapannya kedepan agar Indonesia dapat mencukupi kebutuhan pangannya maupun kebutuhan energinya.

Meskipun  lama berkecimpung di dunia perbankan beliau sangat memahami sektor pertanian dengan baik. Rupanya pengalamannya sebagai anak petani, yang dibesarkan di daerah Lembah Sorik Marapi Mandailing Natal telah menumbuhkan jiwa empati yang mengakar kuat di sanubarinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline