Lihat ke Halaman Asli

Niken oktavia

Heart Of Borneo {Jantung Kalimantan}

Puisi | Duhai Bumi, Damailah

Diperbarui: 21 Maret 2020   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2020 BuMi | bkpp.demakkab.go.id

DUHAI BUMI

Aku paham bahwa waktu makin singkat.

Aku juga memahami jika kau, sudah tak sanggup menahan kami yang makin banyak.

Beban kami sudah melebihi ambang batas.

Membuat mu sulit bernapas...

Biasa kah kau sedikit lagi menahan kami

Karena kami masih ingin berputar bersama mu.

Masih ingin melihat panorama indahnya alam.

Masih ingin melihat pantai dan kicau burun.

BUMI...

Tolonglah, bertahan sedikit lagi untuk kami.

Jangan kau marah yang begitu dahsyat.

Semua orang pernah lari dibuat mu.

Mereka ingin berlindung dari semburan lumpur panas yang kau keluarkan.

Yang dirasa aman itu rumah, namun kau malah getarkan lewat tanah.

Mereka berlari keluar, disambut oleh mu dengan kabut asap.

BUMI DAMAILAH....

Semua yang terjadi itu salah kami.

Namun, yang sadar akan hal itu.

Bisa dihitung dengan jemari tangan.

Dan yang paling menyedihkan, meliyaran nyawa telah melayang.

 Duhai Bumi Kenapa?

Kami awali tahun baru ini, sangat berat.

Jujur belum siaappp, dalam membentengi diri.

Kami memang sudah dilengkapi kecanggihan, namun kami masih kalah.

Pandemi yang muncul di tahun baru ini.

Seakan menjadikan pelajaran bagi kita semua.

Jika Bumi sudah tua, seharusnya kita jaga dan pelihara. Sampai massanya ia berbicara.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline