Perawatan kulit yang "Overclaim" menjadi perbincangan hangat di beberapa platform media sosial, di mana produsen atau pemasar membuat klaim berlebihan mengenai manfaat produk mereka tanpa didukung bukti ilmiah yang memadai. Di tengah ketatnya persaingan, produsen perawatan kulit atau skincare berusaha untuk meningkatkan penjualan dengan menawarkan promosi yang masif dan menggaet influencer ternama. Tak jarang, beberapa produsen nekat melakukan overclaim produk untuk menarik banyak konsumen. "Overclaim" berasal dari Bahasa Inggris, yaitu klaim berlebihan. Klaim disini merujuk pada melebih-lebihkan kandungan atau fungsi yang dimiliki tetapi tidak sesuai dengan kenyataan kandungan yang ada.
Pesatnya teknologi informasi memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Reviewer skincare banyak sekali bertebaran di media sosial. Masyarakat dapat dengan mudah untuk tertarik dengan suatu produk dan produk yang lain. Kurangnya pengetahuan dan riset membuat kita mudah terjebak dengan produk-produk yang Overclaim.
Salah satu contoh fenomena Overclaim yang viral akhir-akhir ini diungkap oleh akun dokter detektif atau doktif yang menyajikan hasil uji lab sejumlah produk skincare ternama. Namun, hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa kandungan yang ada tidak sesuai dengan hasil uji. Misalnya, serum yang tertulis pada kemasan mengandung niacinamide sebesar 5% tetapi pada hasil uji lab tertulis hanya 2%. Produsen melakukan hal ini untuk menggaet masyarakat membeli produknya karena semakin tinggi bahan aktif yang terkandung, khasiatnya akan terasa lebih cepat.
Bagaimana Peran Apoteker Menyikapi Skincare Overclaim?
- Memberikan Edukasi Kepada Masyarakat
Apoteker memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai komposisi bahan aktif pada setiap produk. Bahan aktif tersebut yang akan memberikan manfaat dan efek samping bagi penggunanya. Tentunya ini menjadi sebuah tugas besar seorang apoteker untuk bisa mengedukasi kepada masyarakat tentang bahan-bahan aktif yang ada pada skincare di tengah produksi industri kosmetik yang berkembang pesat. Apoteker melakukan edukasi sejauh mana bahan aktif tersebut dibutuhkan, cara pemakaian, potensi efek samping, cara penyimpanan, dan memastikan produk tersebut terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
- Mengawasi dan Menjamin Mutu Produk
- Apoteker yang bekerja di industri kosmetik bertanggung jawab dalam penjaminan mutu produk sesuai dengan cara pembuatan kosmetik yang baik. Apoteker memastikan produk yang diproduksi memenuhi standar keamanan dan kualitas sebelum diedarkan. Oleh karena itum apoteker berperan dalam mencegah produk overclaim beredar di pasaran.
- Berkolaborasi Dengan Pemerintah Setempat Untuk Membuat Regulasi
- Suatu regulasi ditetapkan agar tidak semua produk tersebar luas di masyarakat. Regulasi ini dibuat untuk menjamin bahwa produk skincare memenuhi kriteria-kriteria tertentu sehingga seluruh produk dapat terjamin keamanan dan keasliannya.
Untuk mengetahui apakah produk tersebut Overclaim atau tidak tentunya sulit karena perlu adanya uji lab. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat memastikan produk tersebut telah memiliki izin BPOM dan telah memiliki uji lab yang dicantumkan di platform produsen. Apoteker harus terus meningkatkan literasi dan mengkaji segala informasi tentang suatu produk agar dapat mengedukasi masyarakat dengan tepat. Apoteker dapat membuat suatu konten edukasi di media sosial dengan memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan aktif pada kosmetik sehingga masyarakat dapat memilih sesuai dengan kebutuhan kulit mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI