Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Punkers di Jakarta

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keberadaan anak Punk di Jakarta dapat dikatakan seperti sebuah fenomena yang sangat meresahkan masyarakat. Punkers ( sebutan untuk anak punk ) sering kali masuk ke angkutan umum dengan keadaan mabuk berat atau bahkan sakau untuk meminta uang penumpang angkutan umum. Sebelum Punkers mengamen, bernyanyi dengan tidak jelas, mereka selalu mengeluarkan kata-kata yang menjurus ke ancaman atau menakut-nakuti. Tidak jarang mereka melakukan tindakan yang menakukkan, seperti menyayat-nyayat silet ke tangan atau memakan silet.
Penampilan sangar dengan baju yang compang camping dan bau badan yang sangat tidak enak menjadikan Punkers sebagai sosok yang dihindari dan ditakuti. Walaupun keberadaan Punkers ini meresahkan bagi masyarakat, namun belum terlihat penanganan serius dari pemerintah atau kepolisian untuk berusaha mengurangi jumlah Punkers ini. Hal ini terbukti dari masih banyak berkeliaran anak Punk di area sekitar ciputat, kebayoran, ciledug, atau wilayah Jakarta lainnya.
Dari beberapa sumber menyebutkan aliran Punk merupakan sebuah gaya hidup anak muda yang bebas dan dapat berbuat sesukanya terutama dalam mengeluarkan kreativitas. Namun, fenomena yang terjadi di Jakarta berbeda. Punkers tidak lebih dari sosok yang menakutkan dan mengancam masyarakat.
Memang benar Punkers memiliki hak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, tetapi seluruh masyarakat juga mempunyai hak untuk merasa aman, tanpa harus merasa terintimidasi atas ancaman-ancaman anak Punk tersebut.
Semestinya pemerintah bertindak lebih tegas dan cepat dalam mengatasi fenomena ini. Terlalu miris rasanya apabila penumpang kendaraan umum seperti bus, kopaja atau angkot yang sudah tidak nyaman dengan keadaan kendaraan umum masih ditambah dengan kehadiran Punkers yang meresahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline