Lihat ke Halaman Asli

Di

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

seperempat perjalanan sudah aku lalui. tapinya baru sampai disini-sini saja. mungkin karena perjalananku kuhitung dengan waktu tempuh, bukan dari jaraknya. jauhnya perjalananku, rata-rata, 30 menit. ini sudah 30/4 menit tetapi aku masih dikisaran 100 meter dari tempat aku mulai men-slah motorku. kalau sudah begini, penyesalan baru muncul. seandainya tadi aku berjalan kaki, pastinya tak perlu ku hadapi barisan-barisan kendaraan yang berjalan merayap ini. tapi kakiku yang satu tadi malas sekali dan terlebih lagi kaki satunya lebih malas dari kaki yang malas.

alhamdulillah sampai juga. kedai kopi "ctrl+c". kutunggu-tunggu satu temanku di dalam tak kunjung pulang, ia terlihat dari balik kaca depan kedai kopi itu. ia masih saja duduk sendiri di sebuah meja yang tak terletak disudut, karena ia tak suka menyudutkan dirinya. ia merokok tapi tak disulut bara api. hanya diisap rasa manisnya. rokoknyapun djarum, apa tidak sakit tertusuk-tusuk mulutnya, candaku padanya biasanya. oya buat temanku ini, jarak diukur dengan rokok. dari rumahnya ke sini, satu rokokan. padahal rokoknya tidak menyala kan.

"hoi"

"(lambaian tangan)"

"sori, merayap"

"(mengangguk)"

"kopi joss?"

"(menggeleng)"

"lalu?"

"(menunjuk)"

"(mencium aroma kopinya)"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline