Silam yang hujan
Sempurna rebahkan kenangan di dada musim
Ada derai nurani yang dititipkannya
Seperti nafasmu yang tertinggal di bibirku
Dinginnya menjajar diri,
memanduku pada dekapmu
dulu
Kini hujan hanya di dalam puisi puisi
Melautkan air mata bersama sajak yang berlari
Mimpi pun basah lusuh berembun
Samar
Namun nafas masih patuh merindu
Serapah gigil tetap memendam pelukanmu
Hati lesat menghunuskan hujan sebagai kenangan,
meski menjadi debu di ujung andaian
Semoga kita akan bertemu di hujan yang sama
Dengan rindu yang sama