Penyakit bisa datang kapan saja dan menyerang siapa saja. Apalagi bila Anda termasuk orang yang mengabaikan masalah kesehatan, alpa menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Gampang ditebak bila penyakit akan segera datang menyerang. Bisa kena masuk angin, pusing, batuk, pilek, atau diare.
Terlebih di musim penghujan seperti sekarang ini. Cuaca yang kerap tak bersahabat acapkali menjadi kendala dalam beraktivitas sehari-hari. Lembab, dingin, dan basah akan selalu kita temui di sepanjang musim. Belum lagi padatnya kegiatan yang akan menguras stamina. Tak heran bila di musim penghujan tubuh kita gampang jatuh sakit.
Bila sudah sakit, langkah apa yang sebaiknya dipilih untuk mengatasinya? Cobalah untuk DikitDikitJanganMinumObat. Saya memilih cara tradisional sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi masalah masuk angin, pusing, dan capek sehabis beraktivitas karena minim efek samping.
Selama ini, banyak yang bilang bahwa metode pengobatan tradisional itu sudah usang, kuno, dan tidak manjur mengatasi meriang. Tidak sedikit pula yang menyepelekan cara ini dan menganggap bertentangan dengan metode pengobatan modern.
Apakah betul metode pengobatan tradisonal itu kuno dan tidak ada manfaatnya? Ah, siapa bilang. Nenek moyang kita hebat, kok. Buktinya mereka mewariskan kerokan, suatu metode pengobatan tradisional yang tetap cespleng sampai sekarang untuk mengatasi masuk angin dan segala keluhan penyakit ringan yang umum diderita oleh rakyat.
Kerokan adalah cara tradisional untuk mencari kesembuhan dengan menekan dan menggeser koin ke kulit punggung, umumnya dengan media minyak kelapa atau balsem. Cara ini yang dilakukan secara turun-temurun di keluarga saya untuk mengatasi masuk angin, meriang, pusing, dan capek. Saya ingat, Ibu mempunyai satu set piranti wajib untuk "upacara kerokan" ini, yaitu lepek porselen, uang logam lima rupiah atau lima puluh rupiah versi jadul yang pinggirnya telah halus, minyak kelapa, dan Balsem Lang favorit keluarga kami.
Saat masih kecil, saya biasa dikerok dengan minyak kelapa yang dicampur potongan bawang merah. Sehabis dikerok tubuh rasanya hangat lalu mengeluarkan keringat. Setelah itu tubuh rasanya enteng dan segar kembali. Saat sudah besar, saya mulai berani kerokan dengan balsem biar rasanya lebih panas dan menggigit. Balsemnya pun bukan sembarang balsem, lo, tapi harus BalsemLang yang panasnya pas dan tidak menimbulkan rasa dingin setelahnya.
Jika saya kerokan, bukan hanya punggung saja yang dikerok, tapi juga tangan dan kaki agar lebih cepat mengatasi sakit atau capek. Kerokan terbukti cocok bagi saya untuk mengatasi meriang dan capek-capek.
Kerokan dari Sudut Pandang Medis
Sampai saat ini masih ada yang kontra dengan kerokan. Kerokan disebut bertentangan dengan medis, membikin infeksi, sampai merusak kulit. Namun, menurut Prof. Dr. Didik Gunawan, seorang pakar kesehatan dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, kerokan relatif aman dilakukan sepanjang tidak terlalu sering.
Menurut penjelasan Pak Professor, kerokan menyebabkan tubuh mengeluarkan hormon endorfin yang membuat badan menjadi rileks dan segar. Ujungnya badan kembali bugar dan penyakit pun minggat. Supaya aman, beliau berpesan untuk tidak mengerok bagian depan leher karena di situ terdapat pembuluh darah dan syaraf yang gampang pecah.