Lihat ke Halaman Asli

Niena suartika

good people

TNI Siap Amankan Pemilu hingga Ke TPS

Diperbarui: 1 April 2019   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Perhelatan pemilihan umum tinggal menghitung hari. Para calon, baik dari Presiden,  Wakil Presiden, DPR RI,  DPRD, dan DPD sudah mulai melakukan kampanye terbuka.

Memang saya merasa bahwa pemilu saat ini sangat jauh berbeda dengan pemilu di tahun 2000 an. Masih ingat dalam ingatan saya betapa senangnya saya dan teman-teman sebaya saya ketika memasuki masa pemilu,  karena pada saat itu saya bisa bermain di pinggir jalan. 

Saya yang pada waktu masih berumur belum sampai 17 tahun,  rela menunggu partai yang akan melakukan kampanye tepat di pinggir jalan raya. Padahal mah hanya sekedar untuk menyalami orang-orang yang saya sendiri tidak tahu mereka siapa,  atau bisa mendapat bendera partai beserta dengan atribut lainnya.

Saya tidak pernah mendengar adanya berita-berita yang menghebohkan di televisi (maklum waktu itu hiburan saya hanya TV saja), apalagi soal berita hoax. Karena isi berita hanya seputar calon presiden dan wakil presiden yang maju dalam Pilpres.

Tapi pemilu kali ini saya merasa sangat berbeda. Dari berbagai media,  baik online,  televisi,  bahkan media sosial pun mulai banyak berita-berita yang saya tidak tahu itu benar atau tidak. Berita-berita itu bahkan sampai membuat saya takut karena memuat berbagai informasi yang disertai dengan ancaman. Misalnya saja kalau si A kepilih maka tidak akan ada lagi azan bahkan pengajian.

Tidak hanya si calonnya saja yang kerap menerima pemberitaan yang tidak benar,  bahkan polisi dan TNI saja sudah mulai difitnah. Misalnya saja beberapa waktu lalu saya pernah mendengar adanya keterlibatan polisi menjadi buzzer di media sosial atau sekarang juga masih ada berita kalau polisi dikerahkan untuk mengamankan suara capres 01.

Tidak hanya polisi,  TNI yang sehari-harinya mengamankan negara ini pun juga kebagian kena fitnah. Misalnya saja ada mobil dengan plat nomor TNI yang ikutan kampanye dan di dalamnya ada sembako yang dibagi-bagiin ke masyarakat.

Selain dua lembaga itu,  KPU dan Bawaslu yang juga sebagai penyelenggara Pemilu pun kena fitnah. Masih lekat dalam ingatan saya media sosial ramai meributkan adanya 7 kontainer yang berisi surat suara dan sudah tercoblos dengan pilihan Capres 01. Ini jelas sangat keterlaluan. Karena ada upaya mendeligitimasi penyelenggara pemilu dan juga aparat keamanan.

Sebenarnya cara-cara seperti ini pernah ada di negara lain,  misalnya Amerika Serikat. Banyak pengamat yang menyatakan bahwa salah satu paslon Capres menggunakan cara yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump yakni mempertentangkan kalangan bawah dengan kalangan atas.  

Pada Pilpres 2016 di AS, Trump 'menggoreng' isu kesenjangan di AS. Selain itu, ia mencoba menyebarkan rasa takut bahwa AS berada di bawah ancaman asing, seperti China, ancaman Islam, dan tenaga kerja imigran Meksiko.

Menurut saya ini jelas-jelas sudah mengkhawatirkan. Kalau TNI dan Polri saja difitnah, kemudian penyelenggara pemilu juga difitnah,  lalu masyarakat harus percaya dengan siapa?  Kalau saya pribadi sih masih tetap percaya dengan dua lembaga tersebut. Karena mereka adalah tumpuan saya dan masyarakat terkait keamanan negeri ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline