Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Orang Berjudi?

Diperbarui: 27 Juni 2024   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia punya kebutuhan. Lalu di sisi lain, manusia juga punya segunung keinginan. Terkadang dua hal ini saling bentrok. Padahal manusia butuh cinta tapi ingin seks bebas. Atau manusia butuh stabilitas tapi ingin nekat cari peruntungan melalui judi.

Judi itu ibaratkan sebagai candu. Perasaan bahwa kaya instan itu memungkinkan membuat keinginan berjudi banyak orang begitu besar. Nah ditambah dengan fasilitasi teknologi mutakhir yang mempermudah banyak kegiatan termasuk aktivitas semengerikan berjudi.

Berjudi ini bukanlah hal yang baru. Kegiatan ini telah ada sepanjang masa. Manusia purba tentu saja ada aturan mereka untuk perjudian yang kian lama kian kompleks tapi tetap intisarinya sebuah adiksi ingin menaklukkan randomnya peluang.

Penanaman moral yang baik adalah salah satu cara untuk mengontrol tergiur untuk berjudi. Meskipun ini terbilang solusi yang sulit jika pelakunya sudah berumur. Makanya saya kira sanksi yang keras dari pemerintah bahkan sampai pemblokiran situs berjudi oleh Kominfo dinilai bermanfaat untuk tak hanya menjaga moril bangsa tapi juga menyeimbangkan siklus perekonomian yang saling kait mengait.

Keinginan berjudi ini bisa dikatakan sebagai kecenderungan manusia yang tak bisa diubah. Hanya bisa diregulasi, dengan penyuluhan, sanksi keras, atau kompromi. Kompromi dalam arti kata contohnya kasino di Malaysia hanya bertempat di area Genting Highlands agar pemantauan lebih gampang.

Adapun jenis-jenis orang yang bukannya menggunakan alternatif judi sebagai solusi putus asa akan peliknya situasi keuangan pribadi. Banyak orang kaya berjudi sekedar untuk adrenalin saja, hingga menjadi aspek bersosial antar sesama kaya. Ini adalah bukti bahwa judi itu sama-sama bikin ketagihan seperti minuman keras, narkoba, rokok. Memang perihal ini wajar sering ditumpukkan bersama dalam anggapan umum serta di media portrayal. Ada aktivasi titik-titik otak tertentu ketika berjudi yang serupa dengan ketika meneguk bir.

Maka mengira kecenderungan perjudian itu adalah konstruksi sosial tidaklah tepat. Meskipun judi sering juga dijadikan alat bersosialisasi yang 'keren'. Dan sekeras apapun upaya untuk mengubah persepsi 'keren' pada perihal yang bikin kecanduan sehingga penggunaan akal sehat menurun, sejatinya manusia lahir dengan bagian-bagian dirinya yang terlena dengan semua yang bikin obsesif walaupun tau kalau hal tersebut bisa mencelakainya di kemudian hari.

Kebutuhan manusia jauh lebih sederhana, perlu teman baik, harus keuangan lancar, kesehatan dan sebagainya. Keinginan bebas dan mengalami peristiwa asyik secara terus-menerus ini alangkah baiknya diredam dengan melatih pengendalian diri, ditambah penerapan aturan ketat oleh lembaga demi kebaikan bersama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline