Lihat ke Halaman Asli

Tanpa Sadar Sudah Tukar ke TV Digital!

Diperbarui: 3 November 2022   10:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Aku suka sekali menonton televisi. Sebelum ada ponsel, menonton televisi menjadi kegiatan utamaku untuk rileks tiap hari. Perasaan senang mata melekat ke kotak hiburan itu tentu dirasakan semua orang. Aku sampai terkenang perkembangan televisi dari masa ke masa dan wah juga aku menyesuaikan saja saat masa lalu televisi tidak sejernih mesin sekarang(aku tak bisa membayangkan perasaan akan mesin di hati para orang dari generasi X apalagi generasi baby boomers!). Mataku otomatis terbiasa dengan kondisi mesin dari waktu ke waktu. Betapa terasa pentingnya industri hiburan, tanpanya tentu masyarakat punya minim pilihan akses hiburan cepat. Meskipun menonton televisi harus ditakar juga, apapun yang berlebihan itu tak baik. Semisal upayakan tidak menonton televisi sambil makan agar mindful dengan makanan yang diganyang jadi tetap menjaga berat badan. 

Hiburan dari televisi adalah hiburan merakyat. Diperkirakan nyaris seluruh pelosok Indonesia sekarang punya televisi maka tak lagi dianggap benda mewah(kupikir industri teknologi tumbuh pesat salah satu aspeknya ada dikarenakan iklan iming-iming terkeren agar menyihir hati konsumen berbondong-bondong membeli produk mesin terbaru hingga hasil penjualannya diputar lagi untuk bikin inovasi lain. Jadi ini aspek konsumtif kapitalis yang berhasil sebab membuat banyak alat yang tidak trendy lagi tapi tetap canggih hingga jadi murah maka bisa diakses beragam kalangan). 

Maka siaran TV tentulah telah dikurasi dengan baik menyesuaikan dengan selera rakyat Indonesia. Contohnya tayangan sinetron yang sering dapat cemooh yang tak adil padahal sajian konten tayangan sinetron itu pantas mendapat keterkenalannya sebab sangat mudah dicerna penduduk Indonesia dan sealir dengan tatanan bahasa Indonesia serta merta nuansa sosial di Indonesia terkini(contohnya, aku suka kaget akting hebat pemain sinetron yang jeritan tangisnya menyamai frekuensi jeritan tangis khas orang sini). Maka dengan kegandrungan terhadap televisi ini, sudah semestinya cepat tanggap ketika siaran TV analog akan ditukar ke digital. 

Kebetulan sudah lama pakai TV LED karena tak mudah panas korslet walaupun sampai perlu memanggil teknisi televisi supaya mencocokkan sistem TV dengan siaran TV digital. Tanpa sadar sekarang sedang hitung mundur bertahap Kominfo mematikan siaran TV analog. Dimulai dari Jabodetabek dan perlahan meluas ke bagian-bagian Indonesia yang lain.

Aku bermula kurang ngeh tentang apa sih pentingnya menukar siaran TV analog menjadi siaran TV digital. Usai riset sedikit aku jadi paham tentang banyaknya manfaat beralih ke TV digital. Selain siarannya lebih kinclong dan saluran TV nya lebih banyak, bisa juga menggunakan siaran televisi sebagai peringatan dini apabila terjadi bencana alam(ini krusial sekali sebab banyak juga masyarakat di pelosok belum punya ponsel pintar dan warung internet masih jarang maka kurang cepat dapat informasi sebab tak ada internet), pun kanal jadi longgar sehingga transmisi data internet diharap bisa lebih cepat untuk disebar luaskan ke seluruh seluk beluk Indonesia. Demokratisasi informasi ini terbukti banyak faedahnya untuk rakyat dan semoga bakal menciptakan masa depan semakin baik lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline