Tahun 2013 saya dan ibu berkunjung ke Semarang untuk kesekian kalinya.
Tapi kali ini ada yang berbeda. Biasanya saya dan ibu akan makan di warung pecel lele, warung bakso, mie ayam, atau tempat makan dengan menu utama ayam krispi yang sepertinya tidak perlu disebutkan nama restonya (hahaha). Setelah makan dan menuntaskan urusan Ibu di Semarang kami membeli wingko babat atau bandeng presto yang tempatnya tidak jauh dari simpang lima untuk oleh-oleh. Tapi saat itu berbeda.
Saya dan ibu ditengah kerepotan barang yang kita bawa memilih soto sebagai santapan makan siang kami saat itu. Ada warung kecil bertuliskan soto di seberang jalan.
Turun dari angkutan saya dan ibu bergegas ke warung tersebut. Kami memesan 2 mangkuk soto yang sudah disertai nasi dan 2 wedang jeruk. Saya dan ibu duduk berhadapan.
Tanpa sengaja saya melihat orang yang duduk di bangku seberang tengah memeras jeruk limau pada makanan di depannya. Makanan itu disajikan dengan mangkuk berukuran sedang dan memiliki kuah berwarna ke kekuningan. Melihat pemandangan tersebut pikiranku bergumam "oh mungkin itu opor".
Tapi dugaan itupun tidak yakin karena kuahnya tidak terlihat sekuning dan sekental opor.
Apalagi sepertinya sang pedagang tidak menjual selain soto, karena seingat saya hanya bertuliskan soto di dinding warungnya. Tapi dugaan kalau makanan tersebut adalah opor benar-benar meleset saat orang tersebut memberikan kecap pada makanan kuah kuning itu.
Dalam memoriku yang kala itu masih disebut remaja sok tau, makan opor tidak perlu diberi kecap, sedangkan orang tersebut menambahkan kecap. "Hmm orang ini aneh" pikirku kala itu.
Tapi keanehan yang saya rasakan bertambah dengan keheranan saat sang Ibu penjual memberikan 2 mangkuk ke hadapan saya dan Ibu.
Why?. Karena dua mangkuk di meja saya saat itu memiliki warna kuah yang sama persis dengan makanan orang yang duduk di bangku seberang. Yup, si kuah warna kuning. Saya dan Ibu sama-sama kebingungan.
Karena bagi saya ini bukan soto. Ini entah makanan apa. Bersyukurnya, Ibu saat itu ingat bahwa soto di Semarang berbeda dengan soto yang biasa kami makan di Tegal.