Miftah Maulana Habiburrahman atau yang biasa disebut Gus Miftah, seorang mubalig muda yang terkenal dengan gaya ceramahnya yang santai dan penuh humor, menarik perhatian publik dengan sebuah candaan yang menyinggung penjual es teh. Dalam sebuah video yang viral, Gus Miftah bercanda dengan menyebut penjual es teh sebagai "goblok". Tentu saja, pernyataan ini memicu reaksi beragam dari masyarakat. Ada yang tertawa, ada yang merasa terganggu, dan ada pula yang menganggapnya sebagai bentuk ketidaksopanan yang tidak seharusnya datang dari seorang mubalig.
Gus Miftah dikenal sebagai sosok yang berani menggabungkan humor dengan dakwah. Gaya bicaranya yang blak-blakan dan tidak terikat aturan-aturan formal membuatnya mudah diterima oleh berbagai kalangan, terutama generasi muda. Menurutnya, humor adalah cara untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan cara yang lebih ringan dan mudah dicerna. Namun, di balik kocaknya kalimat yang disampaikan, ada bahaya terselubung yang harus dicermati, yakni potensi kesalahpahaman yang dapat muncul akibat candaan yang terlalu merendahkan orang lain.
Menyebut seseorang yang tidak baik meskipun dalam konteks bercanda, dapat menyakiti perasaan orang yang mendengarnya. Terlebih, jika candaan itu mengenai profesi atau pekerjaan seseorang yang mungkin dianggap sepele oleh sebagian orang, tetapi memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Penjual es teh, meskipun mungkin dipandang sebagai pekerjaan yang sederhana, tetap merupakan bagian dari kehidupan ekonomi masyarakat. Setiap pekerjaan memiliki martabat, dan tidak pantas bila orang lain merendahkannya hanya untuk tujuan humor.
Di sisi lain, penting untuk mengingat bahwa Gus Miftah, meskipun seorang mubalig, ia juga seorang manusia yang tidak lepas dari kesalahan. Candaan tersebut mungkin tidak dimaksudkan untuk merendahkan atau menghina, tetapi lebih kepada usaha untuk menghibur dan membuat suasana menjadi lebih santai. Namun, dalam konteks humor, ada garis tipis antara lelucon yang menyenangkan dan yang bisa menyinggung. Humor yang baik adalah yang bisa diterima oleh semua pihak tanpa meninggalkan kesan negatif atau merendahkan orang lain.
Penting juga untuk memahami bahwa dalam dunia dakwah, contoh yang diberikan oleh seorang tokoh seperti Gus Miftah sangat berpengaruh. Sebagai seorang panutan, segala hal yang dikatakan dan dilakukan bukan hanya mencerminkan dirinya, tetapi juga melihat pandangan orang lain terhadap nilai-nilai agama dan budaya. Oleh karena itu, meskipun humor adalah alat yang efektif dalam mendekatkan pesan dakwah kepada masyarakat, penting bagi seorang ulama untuk tetap menjaga kesopanan dan penghormatan terhadap orang lain, baik dalam candaan maupun dalam ceramah serius.
Pada akhirnya, pernyataan Gus Miftah tentang penjual es teh bisa dianggap sebagai bentuk humor yang kurang tepat sasaran. Namun, ini juga menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa dalam berhumor, terutama dalam konteks yang melibatkan orang lain, kita harus lebih berhati-hati. Humor harusnya membangun, bukan merendahkan. Bercanda boleh, tetapi harus bijak dan tidak menyinggung perasaan orang lain, agar pesan yang ingin disampaikan tetap sampai dengan cara yang positif dan menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H