Lihat ke Halaman Asli

Nida Kholisa

Creative Writer

Hari Raya Puan

Diperbarui: 2 Agustus 2023   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada yang meluluh—lantak pada tempat alat tukar
sebagiannya hanya dipersuruh memenuhi ranjang,
ditelan kepulan asap tungku,
pun mengetuk pintu-pintu rumah tuhan

Saat ini, yang puan lumat hanya merunduk, separuh meronta
disamping riuhnya anak-anak menangis
seraya mencuci beras, menanaknya,
menunggu dentum jam menabuh angka enam

Puan, kabarnya gabal priamu bisa kau tepis
dengan menjadimu dewi seutuhnya
menyirami tanah tandus dengan keping-keping dirimu sampai gembur
seluruh pundi-pundi mahir untukmu bahkan juara, dan piala, dan berjaya

Puan, maka lekas duduk di jawatanmu
meliuklah pada kertas mufakat layaknya pujangga
penuhi tiang-tiang kantor dengan sertifikat atau plang direktorat
menjadi emansipatif dengan penuh khidmat

Puan, sejujurnya, wajah semesta,
pelataran surga,
mahligainya telah luruh menengadah padamu
kau adalah rapal dari moga-moga
paduka dari doa-doa

Puan, peluk merdeka satu-satu
selayaknya rawi mencumbu kentara
seyogyanya baya menyetubuhi sukma
selamat hari raya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline