Pada era digital saat ini, hadirnya Gen Z membawa perubahaan baru, terkhususnya bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan Gen Z merupakan seorang digital native, yang berarti mereka mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi digital dan internet yang mana hal ini cukup krusial dalam pengembangan suatu perusahaan.
Namun dalam pelaksanaannya akan terdapat kemungkinan terjadinya kendala komunikasi dengan kaum Gen Z ini yang membuat komunikasi menjadi kurang optimal. Hal ini memunculkan pertanyaan baru, bagaimana cara komunikasi kita dengan kaum Gen Z dapat teroptimalisasi, terkhususnya pada suatu perusahaan?
Terlebih dahulu, kita harus mengetahui definisi dari komunikasi. Apa itu komunikasi? Komunikasi adalah proses pertukaran informasi yang terjadi antara Orang yang memulai proses komunikasi (Sender) dengan Orang yang menerima komunikasi (Receiver).). Kaum Gen Z tumbuh dengan akses internet dan teknologi digital yang luas sejak usia dini. Mereka terbiasa dengan informasi yang instan dan aksesibilitas yang tinggi.
Selain itu, Gen Z lebih menyukai konten visual dan multimedia, seperti video, gambar, dan infografis. Mereka cenderung kurang responsif terhadap teks panjang dan lebih tertarik pada konten yang menarik secara visual. Sehingga dalam hal ini, untuk mengoptimalisasi komunikasi antara perusahaan dengan kaum Gen Z, perusahaan perlu terbuka dalam akesbilitas informasi.
Aksebilitas yang dimaksud disini adalah, perusahaan memberikan informasi secara transparan terkait tujuan, pencapaian dan tantangan yang akan dihadapi Gen Z, tentunya dalam penyampaian informasi tersebut perusahaan perlu menggunakan desain visual yang menarik kaum Gen Z, karena sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa Gen Z cenderung kurang responsif terhadap informasi berupa teks panjang.
Selain itu, Gen Z sangat peduli pada nilai-nilai dan etika. Mereka lebih cenderung tertarik pada perusahaan yang menunjukkan autentisitas dan kesesuaian nilai dengan mereka. Karakteristik dari Gen Z ini cukup krusial bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan, jika perusahaan tidak memiliki kesusaian nilai dengan mereka (Gen Z), maka mereka akan menunjukkan ketidaktertarikan pada perusahaan tersebut.
Sehingga pada keadaan ini, untuk mengoptimalisasi komunikasi diantara Gen Z dan Perusahaan, Perusahaan perlu menyelaraskan kembali kesesuaian nilai-nilai budaya kerja Gen Z dengan nilai-nilai budaya kerja dari perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menerapkan fleksibilitas kerja yang memungkinkan Kaum Gen Z menyesuaikan jam kerja mereka agar mereka mendapatkan waktu untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka.
Hal ini dikarenakan, jika kaum Gen Z dipaksakan untuk bekerja tanpa memperhatikan kebutuhan pribadi dari kaum Gen Z akan membuat mereka menjadi tertekan, yang mana jika mereka mengalami tekanan, akan terbentuk stereotype bahwa nilai-nilai budaya kerja dari perusahaan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya kerja dari kaum Gen Z.
Hal ini jugalah yang dapat membuat jurang komunikasi antara perusahaan dengan kaum, Gen Z. Sehingga fleksibilitas kerja perlu diterapkan. Selain itu, hal yang dapat dilakukan perusahaan adalah menyeleksi kandidat-kandidat pegawai Gen Z yang memiliki budaya kerja yang sama dengan budaya kerja dari perusahaan.
Penyaringan tersebut bertujuan agar sedari awal, budaya kerja dari kaum Gen Z selaras dengan budaya kerja dari perusahaan. Harapannya dengan keselarasan budaya kerja antara kaum Gen Z dengan perusahaan membuat komunikasi menjadi lebih optimal.
Selain hal tersebut, Gen Z lebih terhubung dengan pemimpin yang mampu mengartikulasikan visi perusahaan dengan cara yang menarik dan relevan bagi mereka, memperhatikan pemimpin yang memberikan kesempatan untuk berkontribusi, mempercayai pemimpin yang jujur dan terbuka tentang situasi perusahaan, mempercayai pemimpin yang jujur dan terbuka tentang situasi perusahaan.