Lihat ke Halaman Asli

Kesultanan Tidore sebagai Pangkal Perdagangan Rempah

Diperbarui: 5 September 2019   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: bombastis.com

Halo kawan! kalian pernah mendengar atau membaca tentang kesultanan Tidore? mari saya jelaskan. Jadi, Kesultanan Tidore berpusat di Tidore, Maluku Utara. Berdiri pada tahun 1322, pada masa jayanya (sekitar abad XVI-abad XVIII), kesultanan ini mengusai sebagian besar Halmahera Selatan, Pulau Buru, Ambon, dan pulau-pulau di pesisir Papua Barat. 

Secara geografis, kedua kesultanan ini terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi dan Papua. Letaknya sangat strategis yang membuat kedua kesultanan ini begitu penting dalam kancah aktivitas dan lalu-lintas perdagangan masa itu, melainkan karena posisinya sebagai penghasil rempah-rempah terbesar (terutama cengkih dan pala) sehingga Kesultanan Tidore sering dijuluki The Spice Islands. 

Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu sehingga menarik minat bangsa-bangsa lain baik di Nusantara maupun dari Eropa, seperti Portugis, Belanda, Spanyol,dan Inggris.

Raja pertama yang menggunakan gelar sultan di Tidore adalah CIliati atau Jamaluddin (memerintah 1495-1512). Tidore dipimpin oleh seorang bernama Hasan Syah. Kesultanan Tidore juga membangun pesekutuan Uli Siwa, yang terdiri dari Makyan, Jailolo atau Halmahera, Pulau Raja Ampat,Kai,dan Papua. Dan Tidore sebagai pemimpinnya. Kedatangan Spanyol tahun 1521 diterima oleh Sultan Mansur sebagai sekutu dalam rangka mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate, saingan yang bersekutu dengan Portugis.

Kapan kesultanan Tidore mencapai kejayaannya?

Kesultanan Tidore mencapai masa kejayaan pada masa Sultan Nuku (1738-1805). Sultan Nuku anti-imperialis. Karena sikap Sultan Nuku, pengaruh budaya Portugis dan Belanda (VOC) lebih berpusat di luar Kesultanan Ternate dan Tidore, seperti di di Maluku selatan yang menjadi pusat penyebaran agama Katolik dan Protesta, sedangkan agama Islam lebih berkembang di wilayah Maluku Utara.

bagaimana Kesultanan ini bisa mundur?

Nah, Kemunduran Sultan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kesultanan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing (Spanyol dan Portugis) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka di adu domba dengan Portugal dan Spanyol mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugal dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku.

Tidore adalah pangkal perdagangan. Bangsa Eropa merupakan konsumen rempah-rempah terbanyak. Sumber rempah Kesultanan Tidore ada di beberapa daerah di Maluku, sehingga pasokannya selalu mencukupi kebutuhan masyarakat maupun berdagangan antarlokal dan dengan bangsa Asing.

sumber: tripadvistor.com

apa saja peninggalan Kesultanan Tidore?

Kesultanan Tidore memiliki beberapa peninggalan yaitu yang pertama ada Benteng Torre dan Tahula. Benteng Torre dan Tahula merupakan peninggalan dari jaman penjajahan oleh Portugis , Benteng Torre dibangun pada tahun 1512 , dan dibangun didekat makam Sultan Zainul Abidin. Benteng Torre letaknya berdekatan dan sama-sama dekat dengan Instana Kie (Kadato Kie). Benteng ini digunakan oleh bangsa Portugis untuk melawan Belanda , benteng ini terletak pada Kota Soa Sio .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline