Lihat ke Halaman Asli

Nicola Cornelius A Simarmata

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Dekonstruksi Stereotip: Menyingkap Peran Literasi Media Digital Pada Optimalisasi Pemberdayaan Perempuan dalam Politik

Diperbarui: 13 Agustus 2024   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Anda bisa berpendapat bahwa kita sekarang bergabung dalam perubahan yang paling provokatif dan mendebarkan dalam sepanjang perjalan sejarah manusia bersamaan dengan revolusi teknologi. Kita ada di sini sekarang. Wanita ada di dunia dan kami tak akan diintimidasi." -Merryl Streep

Tulisan ini saya buka dengan bahasan pernyataan Merryl Streep bahwa perubahan masif pada ranah kehidupan sosial politik warga saat ini juga merujuk pada pembahasan kesetaraan gender antar Laki-laki dan Perempuan. 

Kompleksitas mengenai kesetaraan yang dimaksud juga menjurus pada dunia perpolitikan. Perpolitikan merujuk pada segala aktivitas, proses, dan keputusan yang terkait dengan pengelolaan negara, pemerintahan, dan pembuatan kebijakan. Salah satunya mencakup pada peran serta partisipasi warga negara dalam proses politik.

Partisipasi politik adalah hak dan tanggung jawab warga negara dalam sistem demokrasi, dan hal ini penting dalam memastikan perwakilan yang baik dalam pemerintahan. 

Peran penting perempuan dalam politik sangat beragam dan vital dalam memastikan representasi yang adil dan inklusif di arena politik. Representasi yang adil dan inklusif di arena politik saat ini dihadapkan pada bias stereotip gender antara gender Laki-laki dan Perempuan.

Tantangan dari adanya stereotip gender seringkali menghambat partisipasi politik perempuan berjalan dengan baik. Seperti Stereotip Peran Tradisional yang memberikan pemaknaan bahwa perempuan sering kali dikaitkan dengan peran tradisional, seperti sebagai ibu atau istri, yang dapat mengarah pada persepsi bahwa mereka kurang kompeten dalam politik, penghakiman berdasarkan penampilan, agresivitas yang memberi pandangan bahwa perempuan yang tampil tegas atau agresif dalam politik sering dihadapkan pada stigma negatif., akses, kurangnya keterwakilan, dan rentan pada pelecehan.

Hal ini membawa pada bagian dekonstruksi gender melalui keterbukaan peran Literasi Media Digital pada pengoptimalan pemberdayaan partisipasi politik perempuan. 

Dikutip dari buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemik (2021) karya Devri Suherdi, literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya. 

Secara fungsi dan peranan, literasi media digital adalah alat penting dalam mendobrak dan mengatasi stereotip gender di media sosial serta memungkinkan pemberdayaan perempuan dalam politik.

Dekonstruksi Gender

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline