Lihat ke Halaman Asli

Nico Belajar Yuk

Pendidik Sejarah

Cerita Si Ita

Diperbarui: 15 Desember 2023   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih terngiang  penyanyi Tasya cilik dengan gembira menyanyikan bait lagu "Libur tlah tiba, libur tlah tiba.. hore..hore..hore..." meski Ia sekarang tidak "cilik" lagi tetapi liburan sekolah adalah waktu yang sangat ditunggu oleh siswa-siswi dari tingkat SD, SMP sampai SMA setelah lebih dari 6 bulan bergulat dengan buku, tugas dan pelajaran.

Pagi itu selepas menerima raport hasil belajar di kelas 2 SD, Ita mendengar dari ibunya mereka akan pergi ke Jakarta. Tiada perasaan gembira berlebih darinya, siang hari sebelum makanan masuk ke lambung kecilnya Ita di gandeng sang ibu menaiki bis antar kota di Majalengka menuju kota sejuta hiburan JAKARTA.

Keesokan hari bersama dengan teman seperjuangan seorang bocah laki-laki dengan umur tidak lebih tiga tahun di atasnya dan dilengkapi oleh karung plastic berjalan menyusuri jalan raya Pasar Minggu, Pancoran. SPBU lama menjadi tempat mereka singgah, Al**mart yang berada di komplek pengisian bensin tersebut merupakan tempat strategis untuk mengais rezeki.

Hampir setiap pengunjung toko menyisihkan sedikit uang untuk dua bocah laki-laki dan perempuan yang duduk di depan pintu. Sambil terus bermain-main mereka menerima uang dan mengumpulkan botol plastik bekas minum, senyuman dan kegetiran bercampur mewarnai wajah polos mereka.

Puluhan tahun setelah Iwan Fals menyanyikan bait "si Budi kecil kurus menggigil..menahan dingin tanpa jas hujan.." sebagian anak Indonesia masih sulit "menikmati liburannya." Sementara di waktu yang hampir bersamaan teman seusia mereka bebas meminta  kepada Ayah dan Bunda bahkan sampai Iphone 15 bisa dibelikan.  Di bandara terlihat mulai penuh anak-anak bersama keluarga, tas mereka tarik sambil bergegas memasuki pesawat penuh canda ria menuju Jogja, Bali, Labuan Bajo, Singapura, Jeju dan Melbourne.

Belajarlah pendidikan, usaha dan doa bisa merubahnya, jangan menyerah apalagi rebahan. Tiap anak berharga di mata  Tuhan, mari hidup dengan penuh pengharapan agar anak-anak Indonesia terbuka peluang menggapai cita-cita tanpa melihat dari mana dia berasal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline