Lihat ke Halaman Asli

'Indonesia Juara Piala AFF 2016'

Diperbarui: 7 Juni 2018   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika menonton (dan mendukung) Timnas Indonesia melawan Vietnam di semifinal leg kedua Piala AFF 2016 semalam, saya yakin bahwa semua rakyat Indonesia pasti dag-dig-dug-der (begitu kata salah seorang komentator televisi yang menayangkan pertandingan tersebut).

Bagaimana tidak? Hampir 90 menit timnas “Garuda” diserang bertubi-tubi dengan serangan tujuh hari tujuh malam (Anda yang menonton lewat layar kaca semalam pasti tahu kalimat ini) para pemain Vietnam. Bahkan setelah kiper Vietnam, Tran Nguyen Manh, diusir keluar lapangan oleh wasit, para pemain Vietnam justru semakin tampil trengginas. Bahkan, Vietnam justru bisa mencetak gol dan membalikkan skor ketika pemainnya minus satu orang, lewat gol Vu Van Tanh pada menit ke-82 dan Vu Minh Tuan pada masa injury time,setelah sebelumnya Stefano Lilipaly membawa Indonesia unggul terlebih dahulu lewat golnya pada menit ke-52.

2-1. Skor agregat menjadi 3-3. Pertandingan pun dilanjutkan ke babak tambahan 2 x 15 menit. Di sinilah para pemain Indonesia mulai menguasai bola dan mulai melancarkan serangan, seolah menghiraukan tekanan suporter Vietnam yang begitu gigihnya menyemangati timnasnya dan mengintimidasi pemain Indonesia (lebih spartan mana bila dibandingkan dengan suporter kita?).

Serangan yang dilancarkan Indonesia berbuah hasil. Ferdinand Sinaga dijatuhkan oleh kiper “gadungan” Vietnam ketika tinggal dengan kiper tersebut. Wasit menunjuk titik putih. Manahati Lestusen yang ditugaskan sebagai eksekutor berhasil membuat sebagian kecil suporter Indonesia bersorak. Skor bertahan hingga akhir dan skuat Merah-Putih lolos ke final, sejak terakhir kali mencapai final di tahun 2010.

Kita boleh berbangga, namun jangan berlebihan dulu. Timnas Indonesia sebelum Piala AFF dimulai bukanlah tim yang dijagokan. Berbagai masalah muncul: persiapan kurang, waktu terlalu mepet, pembatasan pemain yang tiap klub hanya melepas dua pemain saja, klub yang tidak mengizinkan pemain ikut timnas, dan pemain yang cedera menjelang bergulirnya turnamen tinggal menyisakan beberapa hari, dan jangan lupa Indonesia baru saja lepas dari sanksi FIFA, plus sederet masalah lain yang tidak saya ketahui mungkin.

Mencapai ke final mungkin sesuatu yang fantastis, namun sudah empat kali –sekarang yang kelima kalinya-- skuat Garuda mencapai final Piala AFF. Sudah terlalu sering Indonesia  menapaki final, namun tidak pernah juara.

Kemungkinan besar, lawan Indonesia di final nanti adalah Thailand, yang sudah mengantongi kemenangan 2-0 atas Myanmar di leg pertama. Di leg kedua yang dilangsungkan di negeri sendiri, sepertinya Charyl Chappuis dkk. tidak akan kesulitan untuk melewati Myanmar, atau bahkan mungkin memperbesar margin gol mereka.

Berbicara soal bakal menghadapi Thailand di final nanti, Anda mungkin jadi berpikir, jika menghadapi Vietnam saja Indonesia babak belur, bagaimana jika menghadapi Thailand nantinya? Padahal di laga pembuka grup, Indonesia dihajar Tim Gajah Perang 4-2. Plus jangan lupa betapa rapuhnya lini belakang Indonesia hingga semifinal kemarin.

Kalimat “Dalam sepak bola Anda tak pernah tahu” sering sekali disuarakan ketika ada suatu tim non-unggulan mampu menjungkalkan tim besar. Tahun ini, banyak sekali kejutan itu. Mulai dari Leicester City menjuarai Liga Inggris, Portugal yang sama sekali tidak diperhitungkan justru menjuarai Piala Eropa setelah mengalahkan para pemain bintang Prancis di negeri sang lawan, hingga Chile yang menjuarai Copa America Centenario dengan mengalahkan Argentina (lagi).

Di jejaring sosial, muncul meme yang menggunakan contoh di atas, yang mencoba ‘memaksakan’ kecocokan perbandingan dengan timnas Indonesia. Persamaan itu antara lain Indonesia, Portugal, dan Chile bukanlah unggulan di turnamen masing-masing; jersey Indonesia, Portugal, dan  Chile berwarna dasar sama, yaitu merah dan menggunakan apparel yang sama; plus lawan yang dihadapi pun warna dasarnya sama: biru (Jika benar menghadapi Thailand ya).

Menebak tentu boleh-boleh saja, sebut saja berimajinasi. Siapa tahu, imajinasi atau khayalan kita itu menjadi kenyataan. Tidak ada yang tidak mungkin, begitu kata para motivator, kan? Seperti kalimat yang disebutkan tadi, dengan sedikit editan; ‘Dalam sepak bola, Anda tak pernah tahu, (Siapa tahu) tim nasional dengan logo Garuda di dada itu juara Piala AFF 2016’. Seperti judul tulisan ini, meski harapan namun bukan tidak mungkin jadi kenyataan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline