Lihat ke Halaman Asli

Si Miskin yang Menjadi Tumbal (SaveMaryJaneVeloso)

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14301272171815253141

[caption id="attachment_380450" align="aligncenter" width="300" caption="Save Mary Jane Veloso"][/caption]

Mary Jane Veloso, begitu namanya sering saya baca di media massa. Entah itu di koran, media online bahkan di televisi. Dia adalah perempuan berusia 25 tahun asal Filipina yang akan di eksekusi Mati pemerintahan Indonesia dalam waktu dekat ini. Saya selalu mengikuti berita tentang Mary Jane, pada tahun 2010 lalu Mary Jane tertangkap menyelundupkan 2,6 kg Heroin yang bukan miliknya. Dia adalah korban kejahatan sindikat narkoba yang sudah bertaraf Internasional.

Mary Jane adalah anak seorang pemulung barang-barang bekas dari desa Caudillo, dekat kota Cabanatuan, Luzon Tengah, Filipina. Kehidupan keluarganya sangat miskin. Mereka bekerja setiap hari ‘memulung’ botol plastik, kantong plastik dan sampah lainnya dari desa ke desa. Kemudian barang bekas tersebut mereka jual untuk menyambung hidup. Dengan pekerjaan itulah mereka menghasilkan uang untuk makan.

Kehidupan yang serba kekurangan inilah yang menggerakkan hati Mary Jane untuk bekerja di luar negeri—mengubah nasib. Dia pertama kali bekerja di luar negeri, Uni Emirat Arab. Tidak ada ubahnya nasib TKI yang ada di Arab, Mary Jane pun mengalami hal yang sama. Dia pulang ke Filipina setelah 10 bulan bekerja, karena majikannya mencoba memperkosanya. Bukankah banyak TKI yang bernasib sama dengan Mary Jane, namun tidak dapat pulang kembali ke tanah air.

Mencoba di peruntungan lain, Mary Jane kembali ingin bekerja di luar negeri. Malaysia, negara tujuannya. Namun setibanya di Malaysia, lowongan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga itu sudah terisi oleh orang lain. Kemudian ia ditawarkan untuk lowongan pekerjaan lain, tetapi di Yogyakarta, Indonesia. Mary Jane langsung setuju dengan pekerjaan yang ditawarkan. Sebelum berangkat dia dibelikan baju-baju dan koper baru oleh temannya yang menawarkan pekerjaan itu.

Ketika tiba di bandara Yogyakarta, koper baru yang dibelikan untuknya itu memicu alarm pada scanner X-ray. Pihak bandara meminta izin Mary Jane untuk membuka koper, yang kemudian ditemukan heroin dibungkus dengan aluminium foil. Narkotika bernilai 500.000 dolar AS itu dituduhkan milik Mary Jane. Seketika Mary Jane yang tidak mengerti apa-apa mencari temannya di sekeliling, namun dia tak menemukan siapapun.

Beberapa waktu lalu pemerintah menyatakan bahwa Indonesia darurat narkoba, oleh karena itu tiada ampun bagi pengedar narkoba—eksekusi mati adalah satu-satunya hukuman yang setimpal. Narkoba adalah pembunuh, oleh sebab itu pembunuh harus dibasmi (dibunuh-red). Lalu bagaimana dengan KORUPSI? Bolehkan saya membuat premis serupa, Koruptor adalah pembunuh, oleh sebab itu pembunuh harus dibasmi.

Mary Jane yang adalah korban dari sindikat kejahatan Internasional. Perempuan tak berdosa ini di peralat sebagai ‘tumbal’ dalam lalu lintas narkoba di Asia. Bagaimana jika warga negara Indonesia yang mengalami hal serupa, dan itu adalah keluarga anda. Tidak memiliki kenalan pejabat penting, dan tidak memiliki banyak uang—miskin. Pastilah yang dilakukan hanya pasrah dengan keadaan. Begitu pula dengan keluarga Mary Jane, mereka hanya berpasrah. Akan berbeda jika dia adalah anak pejabat yang memiliki banyak uang. Produk hukum akan mudah dibeli. Sudah banyak contoh kasus yang tidak bisa saya uraikan satuper satu.

Hukuman mati bukanlah satu-satunya solusi. Indonesia adalah negara damai, negara yang menganut ideologi pancasila, dimana disana terdapat kalimat yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan ber-adab”. Bagaimana adab negeri ini dengan sistem hukuman mati? Sudah beradabkah? Atau masih dipertanyakan? Tentu hal itu bertolak belakang dengan ideologi yang di anut di negara kita.

Saat beberapa negera-negara maju di dunia sudah memulai meninggalkan sistem hukuman mati ini, saat itu pula negara kita gencar menggaungkan hukuman mati. Bukankah hal ini akan berpengaruh besar pada penilaian dunia Internasional terhadap Indonesia. Selain itu, akan berpengaruh pada hubungan diplomatik antara Indonesia dengan negara-negara lain. Sebab, diantara banyak kasus WNA termasuk dalam jatuhan hukuman mati tersebut.

Lagi pula, orang-orang yang terjaring dalam hukuman mati ini bukan mereka yang mempunyai uang banyak alias bandar, melainkan mereka yang miskin, tak berdaya dan pasrah yang menjadi tumbal. Sebagai contoh adalah Mary Jane Veloso. Presiden Indonesia yang diharapkan dapat membantu pembatalan eksekusi mati Mary Jane, justru sebaliknya, Presiden menolak Grasi yang diajukan.

Save Mary Jane Veloso.

Life is human right. No one can take it from you—Nikodemus Niko, Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline