Lihat ke Halaman Asli

#Puzzle 14: Tahafutul Falsafah al Libraliyah(51)

Diperbarui: 6 Januari 2016   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Seven Social Sins:

  1. Politics without principles
  2. Wealth without work
  3. Pleasure without conscience
  4. Knowledge without character
  5. Commerce without morality
  6. Science without humanity
  7. Worship without sacrifice.

Status Facebook Lawe yang mengutip kata-kata Mahatma Gandhi ini segera mendapatkan likes dari puluhan kawan-kawannya. Facebook tak selalu berkaitan dengan hal-hal ringan, misalnya tentang perasaan galau, senang, sedih, kesal atau perjumpaan dengan tempat-tempat baru. Kadangkala ungkapan di sosial media itu terkait hal-hal yang bersifat filosofis. Saat perasaan manusia sedang dipenuhi inspirasi kebenaran, maka status-status FB ini bisa muncul di dunia maya:

Cankaya Hayrunnisa, Minggu, 09:22; Di dunia virtual reality seperti dalam soccer management, batas realitas dan fiksi meluruh pudar. Semua sudah diatur oleh Sang Programmer, seperti kehidupan manusia itu sendiri yang terbatasi oleh kata “takdir”.

(dalam waktu satu jam, 40 orang memberikan tanda like dan 37 komentar mendukung status Cankaya itu)

Irma Ayesha, Senin, 08:35; Hidup ibarat menyusun huruf per huruf, lalu menjadi kata, membentuk kalimat, untuk melahirkan arti demi menyampaikan pikiran ataupun gagasan. Dalam proses itu, terkadang kita bisa salah mengetikkan sesuatu huruf, namun kita masih bisa memperbaikinya agar menjadi lebih sempurna.

(dalam waktu tiga jam, 34 orang memberikan tanda like atas status Irma itu)

RanggaLawe, Kamis, 22:28; Orang hidup itu seperti terus dikejar-kejar deadline. Dalam banyak pekerjaan, manusia terus-menerus menyiapkan sesuatu sampai terjadi event-nya. Banyak yang berhasil, tak sedikit pula yang gagal. Sehingga, waktu bagi manusia pedang sangat tajam bermata dua, termasuk melibas siapa saja yang tidak mampu memanfaatkan waktunya dengan baik. (lagi dikejar-kejar deadline assignment kampus)

(dalam waktu kurang dari dua jam, 23 orang memberikan tanda like atas status Lawe tersebut)

Shinta Chaniago, Rabu, 08:50; Melihat dunia dari perspektif seorang fotografer majalah atau kameramen televise, mirip kehidupan itu sendiri. Kita tidak mungkin melihat sesuatu diluar bidikan kamera, atau peristiwa dibalik layar televisi. Segala interpretasi atas peristiwa tergantung gambar atau film bidikan mereka yang akan dikomentari oleh masyarakat. Yang tidak ter-cover akan luput dari mendapatkan komentar. Tak mengherankan, jurnalis teve atau fotografer koran koran bisa mempengaruhi banyak orang karena angle atau framing yang ia ambil.

(dalam waktu kurang dari dua jam, 31 orang memberikan tanda like dan 36 komentar terekam atas status Lawe tersebut)

Sulaeman Pattipi, Selasa, 05:05; Kalau kita diberikan sedikit kekuasaan seperti seorang tukang cukur atau juru foto istana, maka kita bisa mengatur-atur arah muka, gesture, dan bahkan senyuman artifisial seorang presiden yang gambarnya akan dipandang seluruh rakyatnya, ataupun memegang-megang kepala seorang kepala negara yang akan dipotong rambutnya. J

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline