Pembelajaran di luar ruangan berkontribusi positif pada perkembangan peserta didik. Terutama, dalam pembentukan kompotensi dan karakter siswa. Hal ini, tampaknya sangat dirasakan ketika sekolah sungguh-sungguh melaksanakan kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), salah satu karakteristik dari Kurikulum Merdeka. Demikian diungkapkan Deni Kurniawan, Kepala SMP Negeri 4 Pamulihan Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Pelaksanaan P5 di SMP Negeri 4 Pamulihan, kata Deni, dijalankan dengan sistem blok. Dengan demikian, siswa akan lebih fokus melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan. Tidak terganggu lagi dengan pembelajaran lainnya. Satu tahapan proyek bertajuk Gangstar (Gabungan Seni Tari Nusantara) telah dijalankan akhir-akhir ini, " Diharapkan kelompok siswa bisa menciptakan madlay tarian nusantara yang menjadi ciri khas peserta didik SMP Negeri 4 Pamulihan," imbuh Deni.
Adapun tahapan-tahapan yang dijalankan dalam Gangstar tadi, lanjut Deni, meliputi pengenalan seni daerah, memilih tarian, kunjungan ke pelaku seni, ekplorasi dan musikalisasi gerak, evaluasi dan akhirnya pagelaran, " Hari kemarin siswa telah melaksanakan aktivitas ke 4, kunjungan ke pelaku seni. Di sana siswa bisa melihat pertunjukan seni, sekaligus mengenal alat seninya, dan menggali informasi tentang seni itu, "lanjut Deni.
Deni mengapresiasi positif proyek P5 yang telah lebih dulu dijalankan oleh siswa-siswanya. Diantaranya, proyek bertajuk Prosa (Produk Sampeu).Dikatakan Deni, kegiatan itu telah memberi wawasan kepada siswa tentang riwayat terciptanya produk-produk olahan dari singkong, " Bahkan, pengusaha olahannya yang telah berlabel halal kita undang ke sekolah sebagai nara sumber. Jadi, anak-anak itu tidak hanya tahu makannya saja, tapi mereka bisa tahu mulai dari kebunnya, cara ngolah, pemasaran hingga ngitung duit hasil dari pemasarannya, " imbuh Deni.
Berdasarkan vidio dokumentasinya, Prosa dimulai dengan tahapan melakukan observasi ke tempat wirausaha. Termasuk wawancara dengan narasumber terkait produk olahannya. Peserta didik secara berkelompok melakukan presentasi sesuai dengan produk observasinya. Menyimak keterangan dari nara sumber dan meresume penjelasannya. Aplikasi cara ngolah; membuat kemasan dan pemasaran. Akhirnya, siswa bisa mendengarkan testimoni beberapa konsunen perihal rasa dari produk olahannya. Termasuk, kalkulasi rugi-laba pun mereka pelajari.
" Dengan cara itu, siswa mendapatkan pelajaran berharga. Bahwa, tidak gampang untuk menghasilkan satu produk itu. Jadi, mereka bisa lebih menghargai produk itu. Begitu pun dalam masalah seni, akhirnya siswa akan lebih menghargai karya seni, tidak akan melecehkannya. Nah, dengan itulah profil pelajar Pancasila itu bisa terbentuk, " pungkas Deni. ( Tatang Tarmedi )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H