Lihat ke Halaman Asli

Tatang Tarmedi

Untuk share info mengenai politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Surat Rindu di Malam Beku

Diperbarui: 8 Februari 2021   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo | bayi lucu

Malam di musim hujan, menggigil digigit rindu kepadamu. Ke mana harus kujelajahi, tatkala jejakmu hanya dalam bayangan. Engkau begitu tega, pergi di saat kita sehati. Engkau hilang, sisakan sepi di hati.

Sungguh, inikah arti dari satu perpisahan. Air mata tak lagi perkasa untuk tuntaskan rindu. Mestikah aku beku dalam penantian semu ini? Kasih, berat kutinggalkan namamu. Kasih, ke mana aku bisa kembali, cengkram erat jemarimu...

Tiga puluh tahun serasa sekejap, kerna engkau tak pernah ingkari kesetiaan. Potretmu di dinding biru itu, masih tersenyum buat aku dan anak-anakmu. Kasih, harus ke mana aku titipkan kecupan hangat, mungkinkan dahi pada potretmu itu bisa kau rasakan getar rinduku ?

Kutulis surat ini, di saat air mata tak kuasa aku tahan. Air mata yang kesejuta kalinya. Bila saja waktu bisa mundur ke belakang, aku ingin lebih memanjakanmu lagi.  Aku tak bakal biarkan, kamu untuk sakit. Aku tak akan menyendirikan kamu. Sampai kapan pun.

Kasih, sementara sekian dulu surat dariku. Diamlah dengan tentram.  Jangan beri tangisan buatku, kerna itu tambah beban dalam perjalananmu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline