Bencana longsor Sabtu sore (9/1) di Desa Cihanjuang Kecamatan Cimanggung yang menelan korban sementara 40 orang, diduga awalnya akibat dari alih fungsi lahan. Lereng pegunungan yang kini jadi Perumahan SBG dan Pondok Dd, dulunya merupakan hutan resapan penyangga banjir di wilayah itu.
Menurut Ag, tokoh masyarakat Cimanggung, lereng hutan Gunung Geulis belahan selatan meliputi Desa Cihanjuang, Sawahdadap, Mangunarga, Cisempur, Jatiroke dan Jatimukti. Maupun lereng sebelah utaranya, meliputi Desa Cikahuripan, Raharja dan Ds Cinanjung. Semua itu merupakan hutan konservasi. Termasuk Daerah Aliran Sungai (DAS).
" Seingat saya, dulu, di kawasan itu, orang yang nyabit rumput pun tidak diperbolehkan. Karena takut pepohonan penghijauan terganggu. Namun, entah kenapa jadi alih fungsi begitu. Banyak lereng pegunungan sekitar desa-desa yg disulap jadi perumahan," kata Ag.
Ag tak menyalahkan pemerintahan desa setempat yang bisa memberikan rekomendasi perijinan kepada para pengembang," Para kepala desa bisa berikan rekomendasi karena mungkin Tata Ruangnya telah berubah. Bukan hutan resapan lagi." Tutur Ag.
Sementara itu, menurut kajian dari Badan Informasi dan Geospasial ( BIG ) sebagaimana dilansir Antara, pada wilayah longsor Desa Cihanjuang banyak pemukiman dibangun di atas tanah urukan yang rawan longsor. Tanah urukan itu, kata BIG, memilki ikatan partikel yang lemah. Sehingga sangat berpotensi untuk longsor.
Lebih jauhnya Tim dari BIG melihat adanya faktor-faktor dominan dan mendukung terjadinya longsor. Seperti, tanah relatif terbuka tanpa adanya vegetasi dengan kemiringan lereng 30 derajat, drainage yang tak baik dan curah hujan tinggi. ( Tatang Tarmedi )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H