Lihat ke Halaman Asli

Infrastruktur Kereta Cepat Jakarta Bandung Berpotensi Rugi

Diperbarui: 5 Juli 2023   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak media memprediksi mengenai infrastruktur Kereta Cepat Jakarta -- Bandung yang dibangun sejak 2016 ini akan mengalami kerugian. Meskipun Kereta Cepat Jakarta Bandung, atau disingkat KCJB ini sudah memasuki tahap uji coba, serta telah dipastikan akan mulai beroperasi tanggal 18 Agustus 2023, banyak netizen di media memprediksi KCJB ini akan mangkrak. Hal ini dapat dilihat dari segi proses tahap pembangunan, hingga prediksi atas keberlangsungan KCJB ini secara jangka Panjang. Pada tahap proses pembangunan yang diungkap Kompas.com, teramati bahwa banyak sekali terjadi keterlambatan, yang berdampak buruk bagi Indonesia. Selain itu, ada pun prediksi KCJB jangka Panjang yang juga perlu menjadi perhatian pemerintah dan manajemen agar KCJB ini dapat berlangsung 10 hingga bertahun-tahun kedepan.

            Reputasi akan infrastruktur KCJB ini menjadi peranan penting untuk menjawab terkait untung atau buntungnya ini jangka Panjang. Faktanya, dengan biaya tiket Rp 150.000 hingga Rp 350.000 per orang, digunakan untuk menikmati moda 36 hingga 45 menit saja belum tentu akan membantu meningkatkan reputasi KCJB ini, bahkan justru dapat berdampak buruk. Hal ini karena tidak semua masyarakat akan menikmati perjalanan dengan durasi yang sangat cepat, serupa dengan adanya penerbangan Bandung-Jakarta pada zaman dahulu. Kemudian, daya tarik KCJB juga berperanan penting terhadap reputasi KCJB jangka panjang, karena jika tidak terdapat hal menarik yang diberikan setiap waktunya, tentu masyarakat akan bosan menggunakan KCJB ini. Dengan demikian, dibutuhkannya strategi pemasaran yang baik dan berkembang secara berkala, seperti dibukanya kafe atau fasilitas penjualan makanan yang baik dari waralaba yang terkenal, sehingga reputasi KCJB dapat laris manis dan terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Kemudian dari segi pembangunan, infrastruktur KCJB ini tidak berlangsung sesuai rencana, dan hal ini berdampak pada kerugian yang cukup besar yang dialami Indonesia. Total biaya yang dikeluarkan Indonesia sejak awal dibangunnya KCJB (tahun 2016) adalah 6,07 miliar dollar AS, belum ditambah dengan nilai pembengkakan biaya (cost overrun) Proyek Strategis Nasional (PSN) ini sebesar Rp 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 18,02 triliun, angka tersebut merupakan hasil audit setiap negara yang kemudian disepakati bersama, sehingga biaya total proyek yang berlangsung sejak 2016 itu kini mencapai 7,27 miliar dollar AS, atau setara dengan Rp 109 triliun. Karena itu, Indonesia harus berhutang pada pemerintah AS dan China, sehingga mampu menyebabkan kenaikan pada harga tiket, demi negara dapat melunasi hutan tersebut. Keterlambatan selama 4 tahun lamanya ini menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi Indonesia, yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, disertai perencanaan yang kurang matang oleh Manajemen Konstruksi. Maka dari itu, pemerintah Indonesia harus waspada, karena hal tersebut dapat menular pada pengelolaan pada saat infrastruktur telah beroperasi.

Terlepas dari biaya pembangunan, pemerintah Indonesia juga perlu memperhatikan pengelolaan dan keamanan, serta biaya yang akan dikeluarkan saat KCJB ini telah beroperasi. Pengelolaan dan keamanan KCJB ini tentu bukan hal yang mudah, KCJB memiliki panjang trase 142,3 kilometer dengan tipe struktur elevated sepanjang 82,7 kilometer dan sisanya berupa 13 tunnel dan subgrade. Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini memiliki empat stasiun perhentian di sepanjang lintasan, yaitu Stasiun Halim (Jakarta), Stasiun Karawang, Stasiun Padalarang, dan Stasiun Tegalluar (Bandung). Dengan demikian, perlu adanya rencana pengelolaan yang sangat matang, diselingi keamanan yang ketat dari petugas yang kompeten, serta diciptakannya peraturan dengan sanksi yang keras seperti diterapkan oleh negara tetangga. Jangan sampai terjadi lagi kejadian baru-baru ini, dimana terjadi kasus pencurian sambungan baut pada rel kereta KCJB, sehungga buruknya pengelolaan dan keamanan bukan hanya merugikan dari segi keuangan, tapi dapat merugikan nyawa pengguna moda pula.  

Jika pemerintah Indonesia tidak belajar dari kesalahan saat pembangunan, tentu dalam jangka panjang, KCJB akan berpotensi mengalami kerugian, sehingga perhatian lebih disertai tindakan lebih lanjut sangatlah kritis. Strategi pemasaran menjadi Tindakan dan perhatian penting, sehingga melalui KCJB ini, masyarakat menjadi semakin tertarik untuk menggunakan moda ini. Namun, semua rencana tersebut tidak ada artinya apabila masyarakat merasa tidak aman akibat kejadian, seperti kecelakaan akibat pencurian sambungan baut rel kereta, dan sebagainya. Pemerintah Indonesia sebaiknya jangan berkeras kepala akan hal ini, tetapi perlu juga banyak belajar dari negara-negara maju lainnya yang sudah lebih berpengalaman akan pengelolaan dan keamanan kereta KCJB ini. Biarkanlah kerugian pembangunan yang sudah terjadi menjadi bahan pembelajaran untuk Indonesia untuk berkembang, sehingga kerugian yang dialami Indonesia kerugian yang dialami Indonesia terbayarkan dengan populernya infrastruktur KCJB ini, baik bagi masyarakat Indonesia, maupun wisatawan.   

Daftar Pustaka:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline