Lihat ke Halaman Asli

Darurat Kondisi Laut Indonesia

Diperbarui: 12 Desember 2017   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumpukan sampah di laut (sumber: Mongabay Indonesia)

Indonesia sedang berada dalam kondisi darurat dalam kelestarian biodiversitas laut. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat pencemaran laut oleh berbagai polutan. Salah satu polutan yang sangat berbahaya dan sulit untuk ditangani adalah akumulasi sampah plastik.Sampah plastik di Indonesia sendiri memasuki kawasan laut dalam jumlah yang sangat besar. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat ke-2 setelah RRT sebagai penyumbang sampah plastik di laut. Sampah plastik di laut Indonesia mencapai 187,2 ton. Bila disebar di perairan, sampah ini dapat membentuk sebuah pulau yang cukup luas.

Sampah plastik ini menyebabkan terancamnya spesies laut. Salah satu contoh spesies yang terancam kelangsungan hidupnya adalah hiu paus. Hiu paus (Rhincodon typus) merupakan spesies yang berkembang biak dengan sangat lambat. Reproduksinya dimulai ketika menginjak usia 30 tahun. Dengan adanya sampah plastik, kelangsungan hidup hiu paus semakin terganggu.

Hiu paus (sumber: Liputan6,com)

Bila plastik ini termakan oleh hiu paus, pencernaannya tidak akan mampu untuk mengurai plastik tersebut. Akibatnya, plastik akan terakumulasi di pencernaan hiu paus dan lama kelamaan akan menghalangi jalannya pencernaan sehingga hiu paus tidak dapat bertahan hidup. Saat ini, hiu paus sudah berada di status terancam punah (endangered) dalam IUCN Red List 2016.

Sejumlah penelitian sedang dilakukan dalam menemukan solusi penguraian plastik. Salah satu inovasi yang sedang dikembangkan saat ini adalah pemanfaatan bakteri pengurai plastik Polyethylene Terephtalate (PET) dari Jepang. Bakteri dengan nama Ideonella sakaiensis ini memiliki enzim khusus yang dapat mengubah zat beracun dari plastik menjadi zat yang ramah lingkungan. 

Akan tetapi, teknologi ini masih terbatas karena hanya dapat diterapkan pada plastik PET berkualitas rendah. Perlu dilakukan proses tertentu untuk menurunkan kualitas plastik PET yang tinggi agar bisa diurai oleh bakteri tersebut.

Penemuan teknologi penguraian plastik memang cukup revolusioner, tetapi tetap saja tidak dapat mengimbangi produksi sampah plastik yang terus meningkat. Oleh karena itu, masyarakat juga perlu turun tangan dalam berperan mengurangi sampah plastik di laut. Sebagai penduduk Indonesia, hal sederhana yang dapat kita lakukan dalam menjaga biodiversitas laut adalah dengan berhenti membuang sampah plastik sembarangan. 

Meskipun sampah plastik yang kita buang tidak secara langsung terbuang ke perairan, tetapi ketika terbawa angin akan masuk ke perairan dan akhirnya akan terbawa ke laut. Ketika belum menemukan tempat sampah, seharusnya sampah tersebut disimpan terlebih dahulu. Selain membuang sampah pada tempatnya, alangkah baiknya bila masyarakat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam aktivitas sehari-hari untuk menekan jumlah sampah plastik yang harus diurai kembali. Penggunaan plastik sekali pakai untuk kemasan dapat digantikan dengan penggunaan plastik yang lebih tahan lama atau bahan yang mudah terurai seperti kain dan kertas.

Indonesia mempunyai tugas yang besar dalam mengurangi sampah plastik di laut. Bila tidak dilakukan tindakan tegas dalam penanganan sampah plastik di laut, kekayaan alam di Indonesia dapat terancam, seperti kelangsungan hiu paus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline