Lihat ke Halaman Asli

Filino Nicholas

Data Analyst and Researcher

Apakah Artificial Intelligence akan Menggantikan Peran Manusia di Sebuah Perusahaan?

Diperbarui: 6 Juli 2024   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by krakenimages.com on Freepik

Di era digital seperti saat ini, banyak perusahaan-perusahaan berbasis teknologi yang menjadi pilihan favorit untuk para pencari kerja baik itu di Indonesia maupun di seluruh dunia dalam meniti karir. Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa yang sudah global seperti Google, Meta, Amazon, dan Microsoft tentu menjadi pilihan yang popular untuk semua calon pekerja yang mengambil kuliah/jurusan di bidang teknologi ataupun mereka yang ingin mengasah kemampuannya di perusahaan teknologi tersebut. Di Indonesia, hal ini juga sama, dimana banyak anak muda / Gen Z yang juga ingin melamar ke perusahaan-perusahaan teknologi seperti Gojek, Grab, Shopee, Lazada, Tokopedia, Tiktok, dan masih banyak lagi. 

Namun di tahun-tahun setelah COVID ini, kita sering mendengar terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) besar-besaran yang terjadi di perusahaan-perusahaan teknologi tersebut baik yang ada di level global maupun Indonesia. Kita sering mendengar di berita atau melihat di sosial media bahwa banyak karyawan-karyawan dari perusahaan teknologi tersebut yang mengalami PHK yang dilakukan perusahaan dalam kurun waktu yg relatif cepat. Dari sisi alasan melakukan PHK, ada perusahaan yang memang mengakui karena salah mengambil strategi sehingga harus melakukan cost saving. Di sisi lain, ada juga perusahaan seperti Amazon yang terus menambah jumlah penggunaan Robot dan Artificial Intelligence(AI) dimana di tahun 2024 ini, Amazon baru saja menambah 750.000 robot untuk menggantikan 100.000 manusia. 

Apakah perusahaan-perusahaan di Indonesia juga akan menggantikan peran manusia dengan Robot atau AI? Seperti yang kita ketahui juga bahwa sekarang di Indonesia sudah marak penggunaan AI seperti Chat GPT untuk berbagai keperluan dari menulis email atau artikel, sampai produk AI lainnya yang mampu menciptakan gambar berdasarkan keyword yang diinput ataupun AI yang diembed ke Microsoft Excel yang mampu melakukan analisa data berdasarkan pertanyaan yang diinput oleh user. Hal-hal seperti ini tentu saja membuat pertanyaan besar untuk kita :"Kalau semua pekerjaan dilakukan AI, lantas untuk apa perlunya manusia dalam sebuah perusahaan?"

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus paham dulu bagaimana cara kerja AI. AI pada dasarnya adalah sebuah model kecerdasan buatan dimana model tersebut akan terus belajar dari berbagai input yang dilakukan oleh berbagai jenis user. Model tersebut akan memberikan rekomendasi jawaban terbaik berdasarkan feedback dan koreksi yang dilakukan dalam iterasi sebelumnya. Jadi semakin banyak input/data yang diberikan ke dalam model AI tersebut maka model tersebut dapat dikatakan akan menjadi "semakin pintar" karena memiliki lebih banyak data untuk dianalisa.

https://unsplash.com/photos/a-computer-chip-with-the-letter-a-on-top-of-it-eGGFZ5X2LnA

Berdasakan pengalaman saya sendiri sebagai seorang Data Analyst & Researcher yang sudah pernah bekerja di perusahan-perusahaan berbasis teknologi, saya melihat bahwa AI dapat membantu pekerjaan manusia, tapi tidak bisa menggantikan peran manusia tersebut secara sepenuhnya. Apalagi dalam konteks di Indonesia, dimana banyak faktor-faktor emosional seperti sopan santun dan ramah-tamah, dimana akan lebih susah dipelajari oleh AI karena bukan suatu hal yang matematis atau linier. Namun memang di bidang-bidang pekerjaan tertentu yang sangat operasional/repetitif dan sangat sedikit membutuhkan kreatifitas/analisa, peran AI bisa menjadi sangat optimal karena semua repetisi pekerjaan tersebut bisa diinput ke dalam model AI, sehingga AI dapat membuat keputusan yang konstan dan cepat terkait pekerjaan repetitif tersebut. 

Bagaimana cara ke depannya agar manusia dapat memanfaatkan AI supaya pekerjaannya dapat menjadi lebih optimal? Bukan agar manusia tersebut digantikan oleh AI. Berikut adalah beberapa tips yang saya lihat mungkin dapat membantu :

  • Belajar hal-hal yang membutuhkan banyak kreatifitas, kecerdasan emosional, dan analisa berpikir. Hal ini dikarenakan AI sulit untuk memodelkan kreatifitas, emosi dan analisa berpikir terkait dengan banyak sekali kemungkinan yang bisa dilakukan/dianalisa. Untuk faktor emosi terutama, perlu kita perhatikan juga bahwa emosi tiap orang di tiap negara bisa berbeda-beda. Sehingga norma-norma AI utk mempelajari emosi manusia juga menjadi sangat variatif.
  • Update dan uji coba trend AI terbaru. Kita harus berani explore tools/software/knowledge terbaru yang ada di luar sana sehingga kita dapat memenfaatkannya untuk meningkatkan kualitas pekerjaan kita. Contoh : kita dapat menggunakan AI dalam Microsoft Excel untuk menghemat waktu kita melakukan visualisasi data atau mencari anomali data.
  • Bangun jaringan professional yang baik. Tidak bisa dipungkiri manusia adalah mahluk sosial. Kita pasti tetap memiliki subjektifitas dan objektifitas sendiri. Di masa-masa banyak PHK seperti ini, adalah baik kalau kita memiliki komunitas professional yang baik, dimana dapat saling bertukar info dan update mengenai pekerjaan dan hal-hal positif lainnya.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline