Lihat ke Halaman Asli

Jembatan Emas Antaragama

Diperbarui: 19 November 2024   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Apa itu jembatan? Jembatan adalah struktur yang dirancang untuk menyediakan akses melintasi hambatan fisik seperti sungai, lembah, atau jalan. Namun konsep jembatan sudah melampaui konstruksi fisik. Kini melalui ekskursi, jembatan antar agama terbangun untuk melintasi hambatan non fisik, yakni perbedaan.

Ini adalah upaya untuk mempromosikan toleransi, pemahaman, dan keharmonisan di antara berbagai kelompok manusia yang berbeda. Dengan dialog yang konstruktif dan saling menghormati, jembatan ini membantu menciptakan dunia yang lebih inklusif dan damai, di mana perbedaan dilihat sebagai kekayaan yang memperkaya pengalaman manusia.

"Bhinneka Tunggal Ika", semboyan dan motto dari negara Indonesia kita yang tercinta, memiliki arti berbeda-beda tapi tetap satu. Dengan banyaknya keberagaman di Indonesia, agama menjadi perbedaan yang sangat menonjol. Walau Indonesia dapat dilihat sebagai negara Muslim karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah penganut agama Muslim, agama lain tidak dapat dilupakan.

 Bersekolah di sekolah Katolik Kolese Kanisius, saya adalah seorang mayoritas, namun di luar sana, saya adalah minoritas. Mayoritas dan minoritas adalah sebuah istilah yang lekas terlupakan. Dengan ekskursi Kanisius ke pesantren di kalangan Jabodetabek, istilah tersebut mudah terbaur.

Ekskursi adalah kesempatan kami, siswa Kolese Kanisius dan juga pesantren di tempat-tempat tertentu, menghargai perbedaan di negara kami. "Embrace, Share, and Celebrate Our Faith" adalah motto dari ekskursi Kolese Kanisius 2024 untuk kelas 12. Dalam kegiatan ini, kami berusaha untuk mendalami nilai-nilai kebersamaan dan saling menghargai, meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda. Ekskursi ini tidak hanya menjadi ajang untuk belajar tentang budaya dan agama lain, tetapi juga untuk memperkuat ikatan persaudaraan di antara sesama siswa.

Kisah Awal Persaudaraan

Hari pertama, kami sampai di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dengan sambutan yang hangat dari Kiai dan para santri. Kami mengikuti pembukaan yang meriah disertakan penampilan dari para santri, keahlian mereka dalam bernyanyi dan memainkan musik. 

Kemudian kami diajak untuk mengelilingi lahan pesantren, melihat semua fasilitas yang ada dan mengobservasi juga pembelajaran para santri. Setelah itu, terdapat waktu kosong yang kami isi dengan mengikuti ekstrakurikuler olahraga mereka. Di malam hari, kami mengikuti ibadah mereka, melihat bagaimana mereka berdoa melalui sholat dan juga mengaji.

Hari kedua, kami bangun jam 4 pagi untuk mengikuti sholat subuh para santri. Selesai dari itu kami mengikuti pembelajaran selayaknya seorang santri dimana saya diajarkan bahasa arab. Saya diajarkan cara mengatakan terima kasih dalam bahasa arab yaitu "syukron katsiron". Kami juga diajak untuk melihat perkebunan mereka hingga cara mereka membuat telur asin. Seluruh kegiatan sangat menarik, lebih menarik lagi ketika kami berjalan menyusuri sungai. Menyentuh air yang dingin sangat melegakan setelah berjalan jauh mencari sungai itu. 

Hari ketiga tiba dan kami sudah harus pulang. Perjalanan yang sungguh menarik dan pengalaman yang tidak mudah dilupakan. Dimana kami beraktivitas bukan sebagai umat Katolik dan umat Muslim, tapi sebagai warga negara Indonesia. Kami berbaur tanpa memandang agama dan latar belakang.

Hidup di Jembatan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline