Sudah sampai dan membaca tulisan ini, rasanya kamu ingin mengetahui lebih dalam mengenai penulisan multimedia bukan? Nah buat kamu yang mencari hal tersebut, semoga tulisan ini dapat menjadi salah satu alternatif yang tepat untukmu.
Namun sebelum lebih jauh mengulas mengenai elemen dan teknik penulisan multimedia, alangkah lebih baiknya kita berangkat terlebih dahulu dari pembahasan dasar mengenai konteks kata "Multimedia".
Kata "Multimedia" tersusun dari kata "Multi" dan "Media" yang masing-masing kata tersebut mampu berdiri secara tunggal. Multi di sini berarti banyak, dan media memiliki arti sarana, tempat, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi (betterteachers.weebly.com). Berdasarkan pembedahan makna tersebut dapat dilihat bagaimana multimedia dapat dirumuskan sebagai suatu wadah yang di dalamnya terdiri atas beragam media yang kemudian disebut sebagai komponen atau elemen media pembentuk multimedia.
Elemen Multimedia
Membahas mengenai multimedia, sebenarnya juga telah saya singgung pada tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Tak Banyak Diketahui, Ini dia Perbedaan Jurnalisme Online dan Multimedia". Untuk menjadikan sebuah jurnalisme sehingga mampu dikatakan "multimedia" tentu harus memiliki atau mencakup lebih dari satu elemen.
Dari sepengetahuan saya berdasarkan buku yang pernah saya baca, Multimedia di sini berarti mengintegrasi minimal 3 elemen media. Adapun elemen-elemen media yang dimaksud di sini diantaranya:
- teks
- video
- audio
- foto (gambar)
- infografik, dan masih banyak lainnya.
Elemen-elemen tersebut merupakan satuan komponen media yang memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan yang lain. Dengan perbedaan karakteristik inilah yang akhirnya mampu menjadikan sebuah objek menjadi dapat disebut "multimedia".
Definisi Multimedia
McAdams dalam (Widodo, 2020) juga mengatakan bahwa dengan konsep multimedia yang menganut minimal 3 elemen. Televisi dan koran tidak dapat disebut sebagai multimedia dikarenakan hanya memuat 2 komponen atau elemen media saja. Dalam hal ini koran berisikan teks dan gambar, sedangkan televisi berisi video dan audio.
Sebagai elemen yang pada akhirnya membentuk sebuah identitas atau ciri profesionalitas, Deuze menganggap "logika" jurnalisme multimedia sebagai kelembagaan, organisasi, teknologi, dan adanya faktor budaya sehingga mampu mempengaruhi bagaimana berita jurnalisme diselesaikan dalam pengaturan konvergen (Dahlgren, 1996 dalam Deuze, Journalism Studies, Vol. 5 (2), 2004).
Sebelum pindah ke elemen logika jurnalisme multimedia, Deuze menawarkan sisi pragmatis definisi kontemporer jurnalisme multimedia. Pengertian multimedia dalam jurnalistik dapat dilakukan dengan dua cara:
- pertama sebagai bentuk penyajian paket berita di situs web dengan menggunakan dua atau lebih banyak format media, (tetapi tidak terbatas untuk) setiap elemen yang ada. Misal kata yang diucapkan dan ditulis, musik, gambar bergerak dan gambar diam, animasi grafis, termasuk elemen interaktif dan hipertekstual (Deuze, 2003a dalam Deuze, Journalism Studies, Vol. 5 (2), 2004).
- kedua sebagai file penyajian paket berita yang terintegrasi melalui media yang berbeda, seperti contohnya tidak terbatas pada situs web, newsgroup, Usenet, email, SMS, MMS, radio, televisi, teleteks, cetak koran dan majalah (Deuze, 2003a dalam Deuze, Journalism Studies, Vol. 5 (2), 2004).