Lihat ke Halaman Asli

Problematika Pangan di Indonesia

Diperbarui: 12 Januari 2023   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN
Sebagai makhluk hidup, kita semua tentunya memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan atau pangan adalah sumber kehidupan manusia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di garis khatulistiwa dan berada di iklim tropis. Letak Indonesia secara astronomis dan geografis memunculkan keanekaragaman hayati, baik secara flora dan fauna. Kondisi tersebut pula memunculkan keanekaragaman bahan pangan yang dibudidayakan di Indonesia, mulai dari segi pertanian (padi, jagung, gandum); segi perkebunan (teh, kopi, buah); dan segi perikanan.

Setiap negara suatu saat akan menghadapi masalah berkaitan dengan pangan, tidak terkecuali Indonesia. Sebagai negara yang berkembang, Indonesia saat ini menghadapi beberapa masalah pangan, yaitu: terlalu bergantungnya Indonesia pada impor pangan, kebutuhan pangan yang semakin meningkat, dan faktor kerusakan alam akibat kebutuhan pangan tersebut.

Berdasarkan Teori Malthus, kebutuhan pangan akan mencapai suatu siklus yang berulang-ulang. Siklus yang dimaksud diawali dengan penduduk yang memanfaatkan lahan untuk kebutuhan permukiman dan pangan. Namun, makin lama, untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut maka akan terjadi deforestasi. Deforestasi akan berdampak bagi iklim yang mengakibatkan cuaca menjadi lebih ekstrem dan panas akibat pemanasan global. Akibat fenomena ini, kebutuhan pangan akan semakin bertambah, baik itu akibat faktor kekeringan yang mengganggu produksi pangan ataupun faktor insting manusia untuk mengonsumsi makanan demi bertahan hidup di cuaca ekstrem. Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan pangan yang bertambah, akan dilakukan deforestasi. Hipotesis dari penulis adalah masalah ini terjadi di Indonesia dan akan terus berulang.

Indonesia masih bergantung pada impor bahan pokok  untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Sebagai contoh, Indonesia masih membutuhkan impor gandum dan padi untuk memenuhi suplai dalam negeri. Problematika ini memiliki korelasi dengan problematika selanjutnya, yaitu kebutuhan pangan yang semakin meningkat mengakibatkan dilakukannya kegiatan impor. Walaupun padi cocok diproduksi di Indonesia, dapat diinterpretasikan hasil yang diproduksi belum mampu mencukupi seluruh kebutuhan rakyat Indonesia. Alhasil, ketergantungan impor Indonesia semakin hari bertambah besar. Menurut Dwi Andreas Santosa, impor komoditas pangan di Indonesia melonjak drastis dari tahun 2014 hingga tahun 2018, dari 22 juta ton menjadi hampir 28 juta ton dalam tempo relatif singkat. Tidak dijelaskan sumber apakah alasan dari impor ini adalah memenuhi kebutuhan pangan yang segera atau untuk meningkatkan stok yang sudah banyak sebagai persiapan. Hipotesis dari penulis adalah Indonesia akan terus melakukan impor, walaupun kebutuhan rakyat sudah terpenuhi, hingga dilakukan perubahan kebijakan.

PEMBAHASAN

Sebelum menggali solusi dari problematika yang disampaikan, terlebih dahulu kita melihat kondisi pangan di Indonesia dan potensi yang dimilikinya. Problematika pangan di Indonesia memiliki keterkaitan dengan lintas bidang biologi, fisika, geografi, dan ekonomi.

Dari segi keanekaragaman pangan, Indonesia memiliki sebaran pangan yang sangat luas dan dapat dimanfaatkan di berbagai bidang. Tentunya, keanekaragaman setiap negara berbeda. Di mana makanan pokok negara Asia Timur dominan nasi, hal tersebut tidak terjadi di negara Amerika dan Eropa. Menurut Sekjen Kementerian Pertanian, Indonesia merupakan negara terkaya kedua di Indonesia dalam keanekaragaman pangan, dengan 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis pangan sumber protein, 26 jenis kacang-kacangan, 228 jenis sayuran, serta 389 jenis buah-buahan. Keanekaragaman ini tersebar di wilayah-wilayah Indonesia dengan kedaulatan pangan yang dominan di Indonesia yaitu padi, jagung, kedelai, lalu gandum.

Dari segi teknologi pangan, Indonesia masih membutuhkan bantuan inovator teknologi perkembangan dari luar negeri. Dibandingkan dengan negara lain yang maju seperti Belanda yang dapat menghasilkan produk unggul, teknologi Indonesia masih tertinggal. Contoh inovasi bidang pangan yang ditemukan di Indonesia adalah terasering atau sengkedan , suatu metode konservasi yang membuat teras-teras pada permukaan yang miring untuk dimanfaatkan pertanian.

Indonesia memiliki persebaran yang luas untuk jenis tanaman padi yang hampir dihasilkan di semua wilayah Nusantara (Jawa, Madura, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua). Sedangkan, tanaman jagung paling banyak dihasilkan di Pulau Jawa. Ubi kayu tersebar di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Nusa Tenggara Timur dengan luas kurang lebih 1,9 juta ha. Untuk kacang tanah, daerah penghasil utamanya adalah Pulau Jawa dan Sulawesi. Persebaran pangan ini meluas di setiap wilayah Indonesia dan saling melengkapi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan pangan Indonesia.

Harga pangan di Indonesia relatif stabil karena adanya pasokan yang memenuhi kebutuhan. Harga tersebut didasarkan pada hukum permintaan, di mana apabila permintaan naik, harga akan naik, dan apabila pemintaan turun, harga akan turun. Dalam pelaksanaannya, akan ditemuka suatu harga di tengah-tengah yang disebut sebagai harga pasar, di mana permintaan dan harga sudah stabil. Namun, harga pangan di Indonesia dapat melonjak cukup drastic apabila terjadi suatu fenomena. Misalnya, harga BBM yang naik mengakibatkan harga sembako naik. Selain itu, ketika muncul wabah COVID-19 di Indonesia, harga pangan sembako naik, namun sekarang sudah stabil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline