Lihat ke Halaman Asli

Saya Tidak Mau Rugi

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di antara kita siapa sih yang mau menanggung kerugian. Apalagi menjelang Ramadhan dan Lebaran seperti ini, semua orang merasa dirugikan dengan adanya kenaikan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari. Dampaknya sangat dirasakan oleh para ibu rumah tangga yang setiap harinya harus berurusan dengan dapur. Tentu saja para suami pun ikut merasakan yang namanya kenaikan harga bahan pokok tersebut. Pendek kata, siapapun merasa dirugikan dengan adanya kenaikan harga.

Namun dari prinsip ekonomi yang pernah saya pelajari saat masih duduk di bangku sekolah mengatakan bahwa bila permintaan meningkat maka harga akan meningkat pula. Bisa dikatakan wajar apabila permintaan akan bahan pokok menjelang Ramadhan dan Lebaran (umumnya menjelang hari raya) meningkat seiring dengan keinginan memaknai bulan Ramadhan dengan menyediakan menu yang spesial.

Mata rantai kenaikan harga sebenarnya dipicu oleh sikap kita sendiri, bila menganut prinsip dasar ekonomi tadi. Kita tentu saja tidak bisa memaksa para petani cabai, misalnya, untuk menyediakan cabai dalam jumlah yang berlebih pada saat menjelang hari raya seperti Lebaran. Meningkatnya kebutuhan pada saat dan menjelang hari raya memang tidak bisa dihindari. Dan harga yang biasanya naik mengiringi meningkatnya permintaan sebenarnya karena hukum pasar yang berlaku.

Dan tentu saja tidak boleh diabaikan peran para tengkulak yang terkadang mempermainkan harga sehingga barang-barang kebutuhan menjadi mahal. Barang menghilang dari pasaran karena ditahan beredar, banyak orang yang mencari dan para pedagang pun menaikan harga dengan alasan suplai barang tidak lancar. Ogah rugi tentunya para pedagang.

Siapa yang rugi bila terjadi demikian? Tentu saja para konsumen yang dirugikan. Semoga kita sebagai konsumen jangan mau terus menerus dirugikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline