Lihat ke Halaman Asli

Pengelolaan Sampah Ala Jepang Bagi Karang Taruna Desa Cilebut Timur

Diperbarui: 4 September 2024   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi

Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan kegiatan sosialisasi dan lokakarya terkait pengelolaan sampah kepada remaja Karang Taruna (mitra) RW 14 Desa Cilebut Timur Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Sosialisasi dan lokakarya ini difokuskan pada pemaparan pengelolaan sampah di Jepang. Narasumber pada kegiatan ini adalah Kaede Toguchi, Junior Expert, dari Japan International Cooperation Agency (JICA) Jepang.

Pelaksanaan kegiatan PKM dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap persiapan tim pengusul PKM berdiskusi dengan mitra terkait kegiatan pelatihan yang dibutuhkan oleh mereka. Pada tahap pelaksanaan dilakukan sosialisasi terkait pengelolaan sampah di Jepang dan lokakarya. Pada tahap ini dikenalkan dampak sampah bagi lingkungan, jenis-jenis sampah, dan pengelolaannya. Serta kegiatan lokakarya membuat magnet kulkas. Tahap akhir yaitu evaluasi. Pada tahap ini peserta memberikan tanggapan terhadap kegiatan PKM dengan mengisi angket yang disebarkan melalui google form.

Kegiatan sosialisasi dan lokakarya dilaksanakan pada Sabtu, 6 Juli 2024 di gedung Serbaguna RW 14 Desa Cilebut Timur. Dimulai dengan sambutan dari koordinator kegiatan pemuda, yaitu Prima Sukmana Resma, S.IP., M.IP. Dilanjutkan sambutan sekaligus membuka acara oleh Dr. Nia Setiawati, M.Pd, sebagai ketua pelaksana kegiatan PKM. Sosialisasi terkait pengelolaan sampah di Jepang disampaikan oleh narasumber dalam Bahasa Jepang dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh mahasiswa.

Dalam paparannya Toguchi menyampaikan pentingnya menjaga lingkungan dari sampah karena dampak buruknya bagi manusia dan lingkungan itu sendiri. Ia mencontohkan Kabupaten Osaki yang membagi sampah ke dalam 10 jenis, terdiri dari sampah yang bisa dibakar (moeru gomi), sampah tidak bisa dibakar (moenai gomi), sampah berbahaya, sampah ukuran besar, dan lain-lain. Tentunya hal ini menyulitkan masyarakat setempat dalam hal memilih dan memilah sampah sesuai jenisnya, namun pemerintah setempat membuat aplikasi yang bisa didownload oleh masyarakat melalui telepon seluler. Sehingga membantu di dalam mengecek jenis sampah dan waktu membuangnya. Hasil dari pengelolaan sampah, Kabupaten Osaki dapat membuat program beasiswa universitas bagi masyarakat di sekitarnya dengan uang yang diperoleh dari penjualan sampah.


Sumber: Dokumen Pribadi

Selesai pemaparan materi dari narasumber, dilanjutkan dengan kegiatan lokakarya membuat magnet kulkas dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas dari tutup botol plastik dan kain perca. Semua peserta membuat magnet kulkas sesuai kreasi masing-masing, seperti magnet kulkas berbentuk boneka, permen, layang-layang, dan ikan.

Berdasarkan hasil angket yang disebarkan diketahui seluruh peserta menyatakan puas mengikuti kegiatan dan termotivasi untuk menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah melalui 3 sistem pengolahan sampah, yaitu reduce, reuse, dan recycle. Peserta juga termotivasi untuk membawa tempat minum sendiri, membawa tas belanja, menggunakan barang yang masih layak pakai, dan melakukan daur ulang.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline