Lihat ke Halaman Asli

niar anggraini katili

universitas negeri gorontalo

Simbolisme warna dalam pakaian adat Gorontalo perspektif komunikasi non-verbal dalam tradisi dan budaya

Diperbarui: 17 Desember 2024   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Irvan Usman
Cindy Ardiyanti Misyanto
Niar Anggraini Katili

Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

Pernahkah Anda memperhatikan pakaian adat yang dikenakan seseorang dalam sebuah upacara atau perayaan? Apa yang terlihat jelas adalah keindahan dan kemegahannya, namun ada lebih dari itu. Di balik setiap warna, desain, dan pola terdapat pesan yang dalam, sebuah bentuk komunikasi non-verbal yang telah diwariskan turun-temurun. Di Gorontalo, pakaian adat bukan hanya simbol identitas, tetapi juga sarana untuk menyampaikan nilai, status sosial, dan rasa hormat terhadap budaya.
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara individu yang dilakukan melalui berbagai simbol, tanda, atau tingkah laku. Harold Lasswell (1948) komunikasi sebagai proses penyampaian pesan kepada komunikan. Proses  transfer  informasi  dalam suatu komunikasi dapat     terjalin secara   verbal   maupun   non-verbal. Komunikasi non-verbal, di sisi lain, menyampaikan makna melalui berbagai cara, seperti kontak mata, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh lainnya. (Knapp  et  al.,2013).
Menurut Hall  &  Knapp  (2006), komunikasi  nonverbal  pada  konteks budaya ini melibatkan bentuk-bentuk seperti kinesik (bahasa tubuh), okulesik (penggunaan  mata), haptik (sentuhan fisik), proksemik (penggunaan  ruang), kronemik (penggunaan  waktu), pesan paralinguistik (elemen vokal nonverbal), dan simbolisme (penggunaan   simbol,  lambang,   dan warna). Warna dalam komunikasi nonverbal  melambangkan beberapa keadaan yang dapat mendukung komunikasi verbal, warna-warna ini dapat menggambarkan dalam beberapa suasana, seperti rasa duka, perayaan hari bahagia, melambangkan suatu keadaan atau memperingati momen-momen tertentu.
Komunikasi non-verbal memainkan peran penting dalam budaya, terutama di Gorontalo, di mana warna pada pakaian adat menyampaikan makna yang mendalam. Warna dalam pakaian adat Gorontalo bukan sekadar elemen estetika, melainkan sarana untuk mengkomunikasikan berbagai pesan sosial dan budaya. Misalnya, dalam acara pernikahan atau upacara kedukaan, warna pakaian yang dikenakan sangat berbeda dan masing-masing membawa makna tertentu. Pakaian adat ini mencerminkan empati, penghormatan terhadap tradisi, dan kepedulian terhadap pelestarian budaya, sekaligus menunjukkan penghargaan terhadap perbedaan budaya yang ada di Indonesia. Melalui warna, motif, dan cara pemakaian, pakaian adat Gorontalo mengungkapkan identitas, status sosial, serta nilai-nilai yang dihormati oleh masyarakat setempat.
Pakaian adat Gorontalo sering digunakan dalam acara-acara formal seperti pernikahan, upacara adat, atau perayaan tertentu, dan setiap elemen pakaian ini memiliki makna simbolis yang terkait dengan status sosial, usia, dan peran seseorang dalam masyarakat. Warna merah, misalnya, diartikan sebagai simbol semangat, keberanian, atau keagungan. Begitu juga dengan motif dan desain yang rumit, yang menggambarkan kedalaman sejarah dan pengaruh kebudayaan lokal. Pakaian adat ini berbicara tanpa kata-kata, menyampaikan pesan tentang siapa pemakainya, apa perannya, dan bagaimana ia menghormati tradisi. Dengan demikian, pakaian adat Gorontalo menjadi medium komunikasi non-verbal yang sangat kuat, yang mampu menyampaikan informasi tentang identitas budaya dan sosial tanpa harus diungkapkan secara verbal.

Berdasarkan kriteria budaya dan geografi, Gorontalo adalah salah satu dari 19 daerah hukum tradisional yang ada dalam komunitas pribumi Indonesia (Amri dalam Masinambow, 1997:142). Aktivitas adat yang didasari oleh semangat persatuan dan kekeluargaan masih terus dilakukan hingga saat ini. Tradisi ini juga masih sangat kuat terikat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Gorontalo. Pakaian adat adalah salah satu elemen budaya yang menyimpan makna mendalam dalam kehidupan masyarakat setempat. Di Gorontalo, pakaian adat bukan sekadar simbol identitas budaya, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan melalui warna, bentuk, dan desainnya. Salah satu aspek yang menarik dari pakaian adat Gorontalo adalah simbolisme yang terkandung dalam warna-warna yang digunakan. Warna tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga sebagai bentuk komunikasi non-verbal yang menyiratkan makna tertentu. Melalui perpaduan warna, pemakainya dapat mengekspresikan status sosial, kondisi emosional, nilai budaya, dan bahkan pesan moral yang lebih dalam. Dengan demikian, pemahaman tentang simbolisme warna dalam pakaian adat Gorontalo memberikan wawasan yang penting mengenai cara masyarakat lokal menggunakan komunikasi non-verbal untuk memperkuat ikatan sosial dan melestarikan warisan budaya mereka. Dalam konteks ini, simbolisme warna dalam pakaian adat Gorontalo bukan hanya sekedar penampilan luar, melainkan juga sebuah bahasa yang kaya akan makna dan simbolisme, yang patut untuk dieksplorasi lebih jauh.
Pakaian adat Gorontalo dari suku Gorontalo Bernama Makuta dan Biliu. Pakaian ini umumnya hanya dikenakan pada saat upacara pernikahan. Makuta adalah pakaian bagi mempelai pria dan Biliu adalah pakaian bagi mempelai wanita. Makuta dan Biliu dapat ditemukan dalam 4 jenis warna yaitu kuning, hijau, ungu, dan merah tua. Warna pada baju adat Gorontalo memiliki makna mendalam yang dapat digunakan sebagai bentuk komunikasi non-verbal, di mana setiap warna menggambarkan status sosial, kedudukan, dan bahkan perasaan seseorang contohnya, dalam pakaian adat Gorontalo, warna kuning memiliki makna simbolis yang kuat. Warna kuning sering dianggap sebagai lambang kemuliaan, kehormatan, dan kekuatan. Secara khusus, dalam budaya Gorontalo, warna kuning pada pakaian adat menggambarkan posisi atau status yang tinggi, serta menunjukkan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan tradisi. Dalam pakaian adat Gorontalo, warna hijau memiliki makna simbolis yang sangat kuat, terutama terkait dengan alam dan kehidupan. Warna hijau melambangkan kesuburan, kedamaian dan keseimbangan selain itu, warna ini juga erat kaitannya dengan harapan dan pertumbuhan. Sedangkan warna ungu dalam pakaian adat Gorontalo memiliki makna yang dalam dan simbolis, terkait dengan kemuliaan, keanggunan dan kebijaksanaan warna ungu sering dianggap sebagai warna yang mewakili kedudukan atau status yang tinggi, serta mencerminkan sifat-sifat yang mulia dalam budaya tersebut. Warna terakhir adalah warna merah tua dalam pakaian adat Gorontalo memiliki makna simbolis yang mendalam. Secara umum, warna merah tua melambangkan kekuatan, keberanian, dan kehormatan. Warna ini bisa menunjukkan posisi yang penuh martabat serta pengaruh dalam konteks sosial dan budaya. Melalui pilihan warna pada pakaian adat ini, seseorang dapat menyampaikan pesan atau nilai tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun, yang memperkuat peran warna dalam komunikasi budaya yang kaya dan simbolis.
Sebagai bentuk komunikasi non-verbal yang mendalam, pakaian adat Gorontalo mengajak kita untuk lebih menghargai cara-cara tradisional dalam menyampaikan pesan. Di balik setiap warna dan desain yang dikenakan, terkandung makna yang lebih luas tentang bagaimana masyarakat Gorontalo berkomunikasi, menjaga tradisi, dan menghormati satu sama lain.

REVERENSI
Hasmah. (2019). Moharapu dalam Art Fashion (Harapan Seorang Wanita yang Dituangkan dalam Art Fashion). Seminar Nasional Teknologi, Sains, dan Humaniora 2019 (SemanTECH 2019), Gorontalo, 7 November 2019. ISBN: 978-623-91695-3-4. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo.

Fauzia, A. (2016). Makna Simbolis dalam Pakaian Adat Gorontalo. Jurnal Penelitian Budaya, 2(1), 27-3.

Dayakisni, Tri. 2012. Psikologi Lintas Budaya. Malang : UMM Press.

Rahmawati, A., & Iman, T. (2023). PERBEDAAN KOMUNIKASI NONVERBAL ANTAR BUDAYA PADA ETNIS SASAK DAN SAMAWA DI KECAMATAN SUMBAWA. Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Communique, 6(1), 37-45. https://doi.org/https://doi.org/10.62144/jikq.v6i1.256

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline