Lihat ke Halaman Asli

KURNIA KAHA

Penulis antologi Debur-Debur Rindu

Guru Bergerak untuk Pendidikan yang Berdampak

Diperbarui: 23 November 2019   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pelantikan Nadiem Makariem menjadi menteri pendidikan sempat menjadi berita viral belakangan ini. Banyak yang berharap dengan dilantiknya Nadiem yang berusia muda dengan latar belakang keahlian bidang teknologi ini akan membawa angin segar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Namun ada juga yang merasa khawatir. Kekhawatiran ini terutama dirasakan oleh sebagian guru karena seperti yang sudah-sudah, setiap kali pergantian menteri terjadilah pergantian kebijakan dan gurulah-gurulah yang harus dapat menyesuaikan perubahan kebijakan tersebut dengan cepat. Sehingga tidak sedikit guru yang merasa tertekan dengan kebijakan yang ada.

Sebenarnya siapa pun menterinya, apa pun kebijakannya jika pola pikir guru tidak mau berubah dan bergerak ke arah yang lebih baik sesuai makna pendidikan sebenarnya maka pendidikan akan sulit berdampak. Oleh karena itu, guru hendaknya tidak merasa tertekan dengan perubahan yang ada. Guru harus mau terbuka dan bergerak ke arah yang lebih baik. Jika guru merasa tertekan dan tidak mau bergerak melalui perubahan yang lebih baik, bagaimana pendidikan bisa berdampak baik?

Menjadi guru yang mau bergerak ke arah yang lebih baik itu sangat perlu. Menurut penulis ada empat hal yang dapat dilakukan agar guru agar pendidikan menjadi lebih berdampak yaitu (1) guru mau merdeka belajar, (2) guru mau memahami kebutuhan peserta didik, (3) guru mau berkolaborasi, dan (4) guru hendaknya adaptif terhadap kemajuan teknologi.

Guru Mau Merdeka Belajar

Mengapa guru perlu merdeka belajar? Apakah selama ini guru belum merdeka belajar? Pertanyaan ini membimbing kita untuk melakukan refleksi. Jika guru masih merasakan miskonsepsi pendidikan dalam dirinya, maka bisa dikatakan guru belumlah merdeka belajar. Ada lima miskonsepsi pendidikan yang menurut Najeela Sihab (2017) harus ditumbangkan: (1) guru hanya mau belajar jika mendapatkan insentif seperti sertifikat, peringkat, nilai, atau uang, (2) guru hanya bisa belajar dari pakar dan ahli, (3) guru hanya mengikuti resep standar, (4) pengembangan guru bisa dilakukan secara instan, dan (5) kompetensi guru adalah soal kemampuan pengukuran individu bukan kepada karya yang dihasilkan.

Lebih lanjut Najeela menyatakan bahwa merdeka belajar memiliki tiga dimensi yakni komitmen pada tujuan, mandiri terhadap cara dan mau untuk melakukan refleksi. Jika guru memiliki kesadaran untuk mau merdeka belajar dan mau menumbangkan miskonsepsi belajar dalam dirinya maka guru tidak akan merasa tertekan atau terkungkung  dalam melaksanakan tugasnya karena ia memiliki kesadaran yang kuat bahwa belajar bukan hanya sekadar melakukan perintah atasan tapi karena ingin menemukan solusi atas permasalahan pembelajarannya di kelas.

Guru yang mau memahami kebutuhan peserta didik

Peserta didik adalah individu yang berbeda. Oleh karena itu kebutuhannya pun berbeda. Sebelum mengajar di kelas, guru harus tahu karakteristik kebutuhan peserta didik. Cara untuk mengetahui kebutuhan peserta didik dapat dilakukan dengan wawancara, pengisian angket, dan pengamatan. Jika dalam pembelajaran, cara memahami kebutuhan peserta didik dapat dilakukan dengan menanyakan; (1) apa yang sudah diketahui sebelumnya tentang materi pembelajaran? (2) apa yang ingin diketahui dalam pembelajaran? (3) apa yang sudah didapatkan setelah pembelajaran? Memahami kebutuhan peserta didik dapat membantu guru dalam merumuskan model, media, dan materi  pembelajaran di kelas sehingga lebih efektif dan sesuai kebutuhan siswa.

Guru yang mau berkolaborasi

Masih menurut Najeela, tidak ada guru yang bisa belajar sendirian dan tidak ada guru yang bisa merdeka belajar sendirian. Artinya bahwa guru harus mau bekerja sama atau berkolaborasi dengan sesama guru atau pun pihak lain untuk membentuk sumber daya manusia yang unggul.

Adapun salah satu caranya yaitu dengan berkomunitas. Melalui kegiatan berkomunitas wawasan guru akan lebih terbuka dan guru tidak merasa sendirian dalam belajar. Di masyarakat ada beberapa komunitas positif yang bisa guru ajak untuk berkolaborasi, baik yang bergerak di bidang pedidikan, teknologi, lingkungan, informasi  ataupun lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline