Lihat ke Halaman Asli

Agnia Melianasari

Manusia pembelajar

Lahirnya Pebisnis Muda di Masa Pandemi

Diperbarui: 3 Maret 2021   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Profile Group Telegram MAB

Pandemi virus covid-19 yang mewabah di Indonesia mendatangkan berbagai dampak, terutama bagi pendidikan dan perekonomian di Indonesia. Betapa sedihnya para pelajar angkatan tahun 2020, baik itu siswa maupun mahasiswa. Mereka yang seharusnya lulus dengan suka cita, melaksanakan rangkaian acara perpisahan atau wisuda dengan dihadiri oleh orang tua atau keluarga, karena pandemi ini mereka tak bisa merasakan hal itu. Bersamaan dengan hal tersebut, perekonomian juga sangat terdampak. 

Para pegawai dirumahkan, kegiatan para pedagang kecil banyak yang terhenti karena alasan lockdown dan social distancing. Banyak pula buruh yang gajinya dipotong, atau bahkan di-PHK tanpa uang pesangon. Sehingga, kelanjutan pendidikan pun juga terancam. Terlebih mereka yang bukan berasal dari keluarga berada. Atau bahkan banyak lulusan sarjana yang setelah diwisuda, mereka juga menyandang gelar sebagai pengangguran.

Akibat dari pandemi ini juga, pada akhirnya berbagai kegiatan dialihkan menjadi berbasis online. Dari para pelajar yang harus belajar secara daring, sampai kegiatan jual beli yang saat ini menjadi sangat mudah dan praktis untuk dilakukan. Tak hanya di kota-kota besar, bahkan di kampung pun kini sudah tak asing lagi dengan istilah delivery order atau biasa disingkat dengan DO. Begitu pula para pedagang/pengusaha UMKM yang sudah mulai memasarkan produknya di internet baik itu di facebook, whatsapp atau bahkan mereka yang sudah memilki marketplace sendiri seperti di shopee, lazada, dan lainnya.

Dan pada masa seperti inilah, kita harus cerdas dalam melihat dan menyikapi berbagai peluang yang datang menghampiri kita. Karena dewasa ini, jika kita tidak bisa mengikuti perkembangan dunia digital, maka kita akan tertinggal. Ungkapan ini rupanya diindahkan oleh seorang hafidzah cantik, yaitu Wirda Mansur. Siapa yang tak familiar dengan pebisnis  muda yang satu ini? Ya, selain memiliki usaha sendiri di bidang kosmetik dan menjabat sebagai Direktur Inovasi dan Pengembangan PayTren bersama sang ayah Yusuf Mansur, Wirda juga telah membuka sebuah lapangan pekerjaan bagi para millenial di Indonesia pada Agustus 2020 lalu.

Lapangan pekerjaan yang didirikan oleh Wirda Mansur bukanlah lapangan pekerjaan yang memiliki tempat bekerja seperti gedung atau kantor pada umumnya. Wirda Mansur membentuk sebuah komunitas yang bernama Millenial Anti Bokek atau yang sering disingkat dengan MAB. Dan para membernya biasa disebut dengan panggilan MABers. Tujuan dari komunitas Milenial Anti Bokek ini adalah untuk melahirkan para pengusaha muda Indonesia agar tak ada lagi milenial yang merasa galau atau mengeluh karena masalah bokek alias tidak punya uang.

Di MAB ini, para millenial dapat belajar menjadi seorang pengusaha dengan menjual berbagai produk dari Wirda Mansur sebagai reseller atau menjadi seorang affiliate marketer yang nantinya akan mendapatkan komisi langsung yang bisa dilihat secara otomatis di akun webiste masing-masing member. Selain itu, setiap satu minggu sekali para MABers juga dapat mengikuti webinar seputar bisnis yang diisi oleh narasumber-narasumber yang luar biasa. Dan yang tak kalah menarik dan asik di MAB ini adalah berbisnis sebagai Affiliate Marketer. Siapa disini yang belum mengetahui tentang Affiliate Marketing?

Affiliate Marketing memang masih dianggap asing dan dipandang sebelah mata oleh orang Indonesia. Banyak dari mereka yang mengira ini sama halnya dengan MLM  (Multi Level Marketing).  Padahal tidak sama sekali, Affiliate Marketing adalah suatu metode pemasaran dimana pemilik produk (perusahaan) bekerjasama dengan orang lain (affiliate marketer) untuk mempromosikan produknya melalui internet. Affiliate Marketing di internet pada umumnya menggunakan link affiliate, yaitu sebuah link khusus yang bisa digunakan untuk memberikan referensi kepada orang lain untuk membeli produk tersebut.

Lalu bagaimana dengan seorang Affiliate Marketer? Jika dikatakan secara sederhana, affliate marketer adalah seorang makelar, hanya saja Ia bekerja secara online melalui internet. Tugas dari seorang affiliate marketer adalah mempromosikan atau merekomendasikan produk milik orang lain melalui link unik (link khusus milik affiliate tersebut). Dan ketika ada orang yang membeli melalui link unik tersebut, maka seorang affiliate marketer  akan mendapatkan komisi dari Vendor (pemilik produk).

Selain dalam penjualan atau pemasaran produk fisik secara digital di internet, metode affiliate marketing ini juga digunakan dalam penjualan produk digital seperti e-book, e-course, online class, sampai lisensi website dimana jika seorang affiliate marketer berhasil mendatangkan customer baik itu untuk membeli produk digital maupun untuk bergabung menjadi member/affiliate marketer pada perusahaan tersebut, maka affiliate marketer tersebut juga akan mendapatkan komisi yang terbilang cukup besar dari perusahaan.

Pada masa pandemi seperti sekarang, pekerjaan berbasis onilne seperti ini rasanya sangat sayang jika dilewatkan oleh para millenial. Apalagi di jaman yang serba digital ini, segala hal terasa lebih mudah dan fleksibel untuk dilakukan. Maka tak heran juga jika saat ini telah lahir banyak pebisnis muda yang telah mampu berpenghasilan dengan pendapatan yang bahkan bisa melebihi UMR. Luar biasa bukan? Itulah hebatnya dunia digital.
Namun kita juga harus berhati-hati jika ingin terjun ke dunia digital terlebih di bidang bisnis. Karena tak menutup kemungkinan banyak orang di luar sana yang hanya datang dengan niat jahat serta menghalalkan berbagai cara dengan berbagai motif penipuan. Seperti halnya modus penipuan yang pernah menimpa komunitas Millenial Anti Bokek by Wirda Mansur. Saat masih awal-awal didirikanya MAB ini, sempat ada oknum yang mengaku-ngaku sebagai pihak dari Millenial Anti Bokek. Tak tanggung-tanggung, mereka membuat grup di telegram untuk menjerat para korban (calon member MAB) dengan memerintahkan mereka untuk mentrasnfer sejumlah uang yang disebutnya sebagai biaya registrasi. Untungnya, ada member resmi MAB yang masuk ke grup telegram tersebut hingga akhirnya pelaku tersebut dilaporkan ke pihak resmi  MAB.

Jadi, cerdaslah dalam melihat peluang dan berhati-hatilah saat memilih bisnis.
Tapi, “Jika kamu takut untuk mengambil resiko, sebaiknya kamu keluar dari bisnis”. -(Roy Kroc)-

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline