Lihat ke Halaman Asli

(CerMin)...Jangan Kamu Gugurkan Dik...

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

aku memasang wajah datar menyembunyikan kekagetan ku. sekaligus menganggukan kepala sebagai tanda aku siap mendengar cerita selanjutnya. tak ada butiran air mata yang jatuh, hanya pandangan sendu yang membocorkan isi hatinya.

"temanku memberikan alamat dokter yang melayani aborsi" lanjutnya. dan aku semakin kaget saja mendengarnya. tetap meluruskan pandangan terhadapnya, tangan ku tetap menyilang dipangkuan kakiku, dan aku sedikit memasang senyuman dibibir agar dia tetap merasa nyaman menumpahkan beban nya.

"aku sama sekali tak memikirkan nya, aku menginginkan bayi ini" ucapnya lirih. Lagi lagi aku semakin terkaget kaget dengan tiap ucapan dari gadis berusia dua puluhan di depan ku ini. aku mulai memetik kata kata yang harus aku suarakan. tapi apakah kalimat itu harus bernada sedih? marah? bahagia? wwaahh.. sungguh aku  tidak sanggup menyusun kalimat respon untuk nya.

"meski kini ia telah hilang... ga tau kemana.. " lanjutnya lagi. sepertinya ia berhasil menerjemahkan picingan mataku yang bertanya tentang 'keraiban kekasih nya.... "entah lah kak, dia jadi ga bisa dihubungi.. tapi ga apa apa, aku sanggup mengurusnya sendiri"

"aku lebih memikirkan perasaan orang tuaku... yang mukanya telah tercoreng oleh aku... putri satu satunya" sedikit bergelombang nada suaranya... pipi yang sebetulnya berwarna pualam itu kini berubah sedikit kemerahan. Dan aku, masih saja belum menemukan kalimat yang menurutku paling pantas... :(

"aku harus apa kak"... kalimat akhir yang mengharuskan aku bersuara. ........."mmmhh... minta maaf sama Allah.. sama orang tuamu... dann... mmmhh... kakak setuju.. jangan kamu datangi alamat dokter itu.. meski sungguh itu perbuatan dosa... tapi kamu lebih mulia di banding orang orang yang telah menggugurkan kandungan nya...." meski awalnya aku ragu, akhirnya kata demi kata membentuk kalimat berhasil aku ungkapkan.

"terimakasih kak.... dukungan itu yang kini aku butuhkan"

kurasakan gerakan mungil dari dalam perutnya ketika ia memeluk ku... ia tersenyum, mungkin janin bayi itu ikut tersenyum juga... aku pun ikut tersenyum, kusambut pelukan nya..

kamu tau dik... kamu lebih tegar dibanding aku..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline