Lihat ke Halaman Asli

Niamatul Munafiah

Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Dilema UMKM Pengabdi Seblak: Antara Rasa dan Rugi, Analisis BVL Menjawab

Diperbarui: 11 Desember 2024   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Produk Pengabdi Seblak (Sumber: IG @pengabdiseblakk)

Beberapa tahun terakhir, seblak dan baso aci menjadi makanan yang disukai oleh banyak orang terutama dikalangan anak muda. Rasanya yang pedas dan gurih dengan rempah khas berupa kencur atau cikur, membuatnya menjadi pilihan bagi orang yang menyukai makanan pedas. Tingginya peminat seblak membuat banyak bermunculan usaha kecil atau UMKM yang menjual seblak. Hal tersebut tentu membuat persaingan usaha dalam bidang kuliner terutama seblak menjadi semakin ketat. Oleh karena itu, para pelaku usaha harus menyiapkan strategi dan mengambil keputusan yang tepat agar dapat memenangkan pasar sehingga dapat mencapai laba yang ditargetkan. Dalam pengambilan keputusan, akuntansi manajemen memainkan peranan yang sangat penting, karena dengan adanya data akuntansi para pelaku usaha dapat mengambil keputusan yang lebih terukur. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan adalah analisis Biaya Volume Laba (BVL) yang menekankan pada hubungan antara biaya, volume (kuantitas penjualan), dan harga jual. Lantas bagaimana analisis BVL tersebut dapat digunakan dalam pengambilan keputusan?

Pengabdi Seblak adalah salah satu tempat makan seblak yang rekomended di sekitar UIN Raden Mas Said Surakarta. Pengabdi Seblak didirikan oleh 2 mahasiswa UIN Surakarta dari Fakultas Ushuludin dan Dakwah yaitu Kak Ifa dan Mas Bernad pada tanggal 10 Februari 2023. Selain seblak, terdapat beberapa menu lain yang ditawarkan yaitu baso aci, mie jebew, pangsit pedas, dan cireng kuah.

Banyaknya usaha seblak disekitar UIN Surakarta membuat Pengabdi Seblak harus berinovasi dan konsisten terhadap rasa makanannya agar konsumen merasa puas. Oleh karena itu, Pengabdi Seblak harus mengambil keputusan dengan cepat dan tepat agar mencapai target laba. Dalam pengambilan keputusan Pengabdi Seblak menggunakan teknik analisis Biaya Volume Laba (BVL) multiproduk, karena memproduksi beberapa produk. Dengan analisis BVL multiproduk, manajemen dapat mengetahui hubungan antara biaya, volume penjualan, dan laba. Selain itu juga dapat mengetahui titik impas atau jumlah minimum yang harus dijual pada masing-masing produk agar dapat menutupi semua biaya variabel dan biaya tetap.

Berikut adalah grafik data penjualan Pengabdi Seblak selama satu bulan.

Grafik Penjualan (Sumber: Hasil Pengolahan Data)

Dari data tersebut, diketahui bahwa baso aci memiliki tingkat penjualan paling rendah diantara produk-produk Pengabdi Seblak yang lain. Sedangkan produk yang memiliki penjualan tertinggi adalah seblak.

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa urutan produk dengan biaya variabel dari yang terendah sampai tertinggi adalah baso aci, mie jebew, pangsit pedas, seblak, dan cireng kuah. Sehingga produk yang memiliki margin kontribusi terbesar adalah baso aci dan produk yang memiliki margin kontribusi terendah adalah cireng kuah sebesar.

Laporan Laba Rugi (Sumber: Hasil Pengolahan Data)

Berdasarkan laporan laba rugi di atas, diketahui bahwa dalam sebulan Pengabdi Seblak memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp15.624.000.

Selanjutnya, untuk unit impas pada masing-masing produk adalah sebagai berikut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline