Melihat Diri Sendiri

Senja kemarin ketika saya melihatmu dalam meluapkan kekecewaan, mengaplikasikan kemarahan dan lain sebagainya, baik pemicunya adalah saya selanjutnya ada urusan pekerjaan yang tak sesuai aturan aturan yang ada. 

Ketika itu, saya seakan melihat diri saya dalam kemarahanmu,kekecewaanmu dan luapan-letupan sebagai pengejawantahan akan situasi yang tak sesuai. Saya hanya diam saja mengamati dan mendengar perihal keluh kesah rasa kecewa yang kau alami. Selanjutnya membiarkan tenang terlebih dahulu, memberikan kesempatan kau menghela nafas untuk merenungkan segala yang telah terjadi.

Tentu, satu hal yang saya ingat yaitu tentang bagaimana kau dengan sabar membimbing saya agar bisa bagaimana bisa menahan segala amarah, tak mudah terprovokasi atau pun memutuslkan sesuatu ketika dalam kondisi sedang marah atau pun dalam mode kecewa dan lain sebagainya.

Saya mempelajari itu semuanya darimu sayang, sehingga kemarin saat ketika melihatmu, menatapmu meluapkan amarah saya hanya bisa diam saja, tak berani berkomentar ataupun memberikan sebuah argumentasi, sebab saya tahu ketika dalam kondisi demikian semua  masukan baik nasihat bahkan pendapat tak akan bisa dicerna atau di angan angan.

 Sayang, saya percaya kau akan bisa melewati ini semua, dan satu hal yang diperbolehkan ketika memutuskan sesuatu libatkan saya, bercerita dengan saya sayang, dan apabila saya tak bisa memberikan solusi atau jalan tengah setidaknya  saya siap menjadi pendengar akan segala cerita yang kau utarakan Na.

Terima kasih sayang kemarin kau telah memberikan kecupan cinta, kerjasaama bahagia yang begitu membahagiakan sayang, seakan beban, rasa capek yang saya alami pudar seketika dengan lelah bahagia. Ilove you more sayang.