Saban hari senin dalam satu bulan sekali selalu ada yang di nanti dan spesiali. Sebab hari senin itulah kau di lahirkan. Kau mengarungi hidup dan kehidupan.
Pada hari tersebut di setiap pasarannya, saya selalu merayakan syukuran kecil kecilan. Dengan berbagai macam kue, jajan pasar dan aneka kue basah dan kering tradisional. Mensyukuri bahagia dengan sederhana, tak ubahnya cintaku padamu, Na.
Saya hingga saat ini selalu bertanya, dan tak percaya apabila saya telah jatuh cinta kembali. Saya telah menemukan cinta lagi.
Padahal dulu ketika saya dekat tepatnya mendekatimu, tak ada alasan atau niatan hingga menjalin hubungan sejauh saat ini. Kita di dekatkan oleh situasi dan kondisi. Dan tak jarang kita melakukan aktifitas selayaknya kekasih dan dua sijoli yang sedang jatuh hati.
Karena dalam urusan cinta tak ada salah atau pun benar, sebab cinta adalah soal hati. Sedangkan kita hanya sak dermo menjalani. Meskipun saya sudah mempunyai tempat untuk kembali, akan tetapi cintaku padamu ada di hati.
Entah sampai kapan kita akan terus begini, entah hingga kapan saya selalu menyakiti sekaligus mencintai, entah sampai kapan cinta kita ada di hati, cinta yang tak bisa saling memiliki. Dan entahlah....
Perasaan saya seperti es campur, saat ketika mendengar penuturanmu, ketika mengetahui perihal jerit tangismu dalam hati saat menghadiri acara resepsi.
Saya mau bilang apa, tetap salah, saya akan bercerita juga salah, jadinya saya serba salah. Dan pada akhirnya kita akan tetap menjalani hubungan ini. Bahagia di hati dan saling mencintai mengaburkan segala lini.
Jika ada yang bertanya apakah saya bahagia? Saya dengan tegas menjawabnya saya bahagia sekali. Bahkan untuk menjelaskan kebahagiaan tersebut tanpa harus ada alasan seperti halnya saya mencintaimu, Na. Saya percaya apabila kau juga bahagia. Bahagia dengan cinta antara kita.
Tentu kau ingat tepatnya tanggal 26 September 2021 setahun lalu kita pernah berdialog tanpa prolog.