Penerapan bahasa baku dan tidak baku dalam pendidikan dasar di Indonesia menghadirkan tantangan dan peluang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara yang telah dilakukan,ada beberapa permasalahan pada pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu tentang membedakan kata baku dan kata tidak baku serta model yang digunakan guru hanya ceramah sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Ada faktor yang menjadi penghambat siswa kurang paham mengenai materi tersebut yaitu faktor dari lingkungan keluarga. Ketika anak berada pada lingkungan keluarga yang interaksi dengan anggota keluarga lain menggunakan Bahasa yang tidak menggunakan EYD yang benar sehingga siswa bingung membedakan kata baku dan tidak baku. Namun, pendekatan ini membutuhkan pertimbangan yang cermat terhadap strategi pedagogis dan peran standar bahasa Indonesia dalam kurikulum. Bagian berikut mengeksplorasi keadaan pendidikan bahasa saat ini di sekolah dasar Indonesia, tantangan yang dihadapi, dan strategi potensial untuk perbaikan. ( Ervinda et al.,2021)
Keadaan Pendidikan Bahasa Saat Ini
Pelatihan Bahasa Standar: Guru di sekolah dasar Indonesia sedang dilatih untuk meningkatkan kemahiran mereka dalam bahasa standar nasional dan internasional. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengajar bahasa Indonesia dan Inggris secara efektif, sehingga meningkatkan keterampilan bahasa siswa.(Koeswanti et al., 2021)].
Tantangan Keterampilan Bahasa: Siswa menghadapi kesulitan dalam menguasai empat keterampilan bahasa utama: mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Tantangan-tantangan ini lazim di tingkat sekolah dasar, menengah, dan menengah, memerlukan strategi pengajaran yang efektif untuk mengatasinya (Chaniago et al., 2011).
Peran Bahasa Indonesia: Bahasa Indonesia memainkan peran penting dalam mengembangkan keterampilan komunikasi di kalangan siswa pendidikan anak usia dini. Ini berfungsi sebagai media untuk meningkatkan keterampilan berpikir, ekspresi diri, dan interaksi sosial(Simatupang et al., 2024).
Pentingnya Pendidikan Bahasa Standar
Pemahaman dan Penggunaan: Pendidikan bahasa standar sangat penting bagi siswa untuk berkomunikasi dan memahami konteks formal secara efektif. Namun, banyak siswa kesulitan membedakan antara bahasa Indonesia standar dan non-standar, sebagaimana dibuktikan oleh sebuah penelitian yang menunjukkan hanya tingkat penguasaan sedang di antara siswa SMP(Ginting, 2020)].
Integrasi Teknologi: Penggunaan teknologi, seperti aplikasi bahasa, dapat membantu dalam pengajaran kosakata standar, meskipun implementasinya masih terbatas di beberapa sekolah(Alfiyanti, 2022).
Tantangan dalam Pendidikan Bahasa
Pengaruh Bahasa Ibu: Banyak siswa masuk sekolah dengan dasar yang kuat dalam bahasa ibu mereka, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk belajar dalam bahasa Indonesia. Hambatan bahasa ini dapat mempengaruhi keterampilan melek huruf, sehingga penting bagi guru untuk memasukkan strategi pembelajaran berbasis bahasa ibu (Lawe et al., 2024).
Persepsi Bahasa Indonesia: Bahasa Indonesia sering dianggap sebagai mata pelajaran yang mudah, yang menyebabkan kurangnya keterlibatan serius dari siswa. Persepsi ini menghasilkan kinerja akademik yang rendah meskipun bahasa itu penting dalam perkembangan pribadi dan sosial(Puspidalia, 2012).
Bahasa Ibu sebagai Alat Transisi: Merancang modul pembelajaran yang menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa transisi dapat meningkatkan keterampilan melek huruf. Pendekatan ini membantu siswa lebih memahami materi dan memfasilitasi transisi yang lebih lancar ke pembelajaran dalam bahasa Indonesia(Lawe et al., 2024).
Metode Pengajaran Inovatif: Menggunakan metode pengajaran yang beragam, seperti mendongeng dan bermain peran, dapat secara efektif mengembangkan keterampilan bahasa dalam pendidikan anak usia dini. Metode-metode ini mendorong pemikiran kreatif dan partisipasi aktif(Simatupang et al., 2024).
Sementara integrasi bahasa baku dan tidak baku dalam pendidikan dasar Indonesia menawarkan manfaat potensial, hal ini juga menimbulkan tantangan yang perlu ditangani. Keseimbangan antara menjaga identitas budaya melalui dialek lokal dan memastikan kemahiran dalam bahasa Indonesia standar sangat penting. Dengan mengadopsi strategi pengajaran yang inovatif dan memanfaatkan elemen budaya tradisional, pendidik dapat meningkatkan hasil pembelajaran bahasa dan menumbuhkan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif. Contoh siswa kelas V SD Negri plawad VI bahwa tingkat kemampuan siswa dalam membedakan kata tidak baku dan kata baku 8 siswa berada pada kategori Baik Sekali dengan persentase 27%, 4 siswa berada pada kategori Baik dengan persentase 11%, 9 siswa berada pada kategori cukup dengan perrsentase 30%, dan 10 siswa berada pada kategori kurang dengan persentase 32%, artinya pembelajaran bahasa Indonesia khususnya membedakan kata baku dan kata tidak baku belum mencapai KKM yang di harapkan karena tingkat kemampuan siswa membedakan kata baku dan kata tidak baku masih berada pada kategori cukup dan kurang karena nilai rata-rata masih di bawah KKM, yaitu nilai cukup Dari hasil pembahasan ini maka dapat disimpulkan bahwa hal ini menunjukan ada beberapa yang membuat siswa kurang mampu dalam membedakan kata baku dan tidak baku disebabkan oleh faktor guru, sarana, prasarana dan faktor lainnya.
Tabel 1. Hasil tes menulis kata baku dan tidak baku kelas V
Kategori persentase dalam ((%) Jumlah siswa keseluruhan 31 siswa
Baik sekali27%8
Baik11%4
Cukup30%9
Kurang32%10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H